BI Prediksi Ekonomi RI Tetap Tumbuh hingga 5,5 Persen

Bank Indonesia menilai, penyelenggaran Asian Games 2018 dan pemilihan kepala daerah 2018 akan menggairahkan pertumbuhan ekonomi.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Mei 2018, 21:29 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2018, 21:29 WIB
Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 mencapai 5,06%.(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) proyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berada di kisaran level 5,1 hingga 5,5 persen. Target pertumbuhan ekonomi  itu tetap meski telah memutuskan kenaikan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 4,50 persen.

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengatakan, kenaikan suku bunga acuan yang berlaku 18 Mei 2018 akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, proyeksi pertumbuhan ekonomi tetap di kisaran level 5,1 persen-5,5 persen.

‎"Jadi tentunya dengan kenaikan 25 basis poin akan mengubah paling tidak proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun kalau kita lihat dari sisi growthnya sendiri kita masih proyeksikan di level 5,1 persen sampai 5,5 persen," kata Agus, di Gedung BI, Jakarta, Kamis (17/5/2018).

Agus menilai, kenaikan suku bunga acuan tidak akan membawa dampak pada investasi. Oleh karena itu, Agus optimistis penanaman modal yang dilakukan swasta sektor nonbangunan akan tetap‎ besar.

"Kami optimistis dari sisi investasi yang dilakukan oleh swasta nonbangunan dan akan punya pengaruh positif untuk menjaga investasi sebagai driver pertumbuhan ekonomi," tutur Agus.

Selain itu, penyelenggaraan pertandingan olahraga Asian Games pada Agustus 2018 dan pemilihan kepala daerah dinilai membuat pertumbuhan konsumsi Indonesia pada 2018  akan meningkat‎ lebih tinggi dari 2017. Hal ini akan membuat pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

"Meskipun ada perubahan kenaikan 25 basis poin, kami masih tetap menghitung pertumbuhan 5,1-5,5 persen, mungkin hanya slightly turun dari angka proyeksi kita sebelum ada perubahan policy rate," ujar dia.

Agus menuturkan, kedua ‎momen tersebut  akan mendorong permintaan domestik, sehingga berdampak pada meningkatkan impor khususnya barang modal. "Impor konsumsi dan ini nanti punya pengaruh akhirnya terhadap net ekspor kita dan kepada transaksi berjalan jadi secara keseluruhan," ujar dia.

 

BI Dongkrak Suku Bunga Acuan Jadi 4,5 Persen

Suku Bank Bank
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 16-17 Mei 2018. Penetapan ini sesuai dengan prediksi beberapa ekonom.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menjelaskan, dewan gubernur memutuskan menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin menjadi 4,50 persen dengan suku bunga Deposit Facility tetap naik menjadi 3,75 persen dan Lending Facility naik menjadi 5,25 persen.

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 16-17 Mei memutuskan menaikkan suku bunga 25 basis poin ‎ menjadi sebesar 4,50 persen dan berlaku efektif 18 Mei 2018," kata Agus, di Gedung BI, Jakarta, Kamis 17 Mei 2018.

Agus mengungkapkan, kebijakan yang diambil Bank Indonesia masih sejalan dengan sasaran inflasi sebesar 3,5 plus minus 1 persen pada 2018 serta mengelola ketahanan faktor eksternal‎.

"Hal ini untuk memperkuat kebijakan dan meningkatkan stabilitas makroekonomi," tandasnya.

Ke depan, BI tetap fokus dalam menjaga stabilitas perekonomian yang menjadi landasan utama bagi terciptanya pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Sejumlah risiko global tetap perlu diwaspadai karena dapat mengganggu perekonomian domestik, seperti peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia, kenaikan harga minyak, dan kemungkinan berlanjutnya perang dagang AS-China.

BI juga melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan tersebut ditopang oleh pelaksanaan operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas baik di pasar valas maupun pasar uang.

Selain itu, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan makroprudensial, di antaranya dengan tetap mempertahankan Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar 0 persen, untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan.

Koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait terus diperkuat untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta memperkuat implementasi reformasi struktural.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan ekonomi dan siap menempuh langkah-langkah yang lebih kuat guna memastikan tetap terjaganya stabilitas makroekonomi.

 

 

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya