Ancaman Perang Dagang AS ke Indonesia

Presiden AS Donald Trump mencabut Generalized System of Preferences terhadap negara yang mengalami defisit neraca perdagangan.

oleh Merdeka.com diperbarui 05 Jul 2018, 21:20 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2018, 21:20 WIB
20161129- Kadin dan Apindo Angkat Bicara Dampak Aksi 212-Jakarta- Angga Yuniar
Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani (kiri) memberikan tanggapan terkait rencana Aksi 2 Desember di Jakarta, Selasa (29/11). Hariyadi berharap Aksi 212 berjalan tertib dan tidak mengganggu kegiatan usaha. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tengah mengambil ancang-ancang untuk mencabut beberapa perlakuan khusus yang diberikan Amerika kepada Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani mengatakan bahwa ancaman tersebut sebenarnya sudah dijalankan Trump dengan mencabut GSP (Generalized System of Preferences) produk tekstil Indonesia.

"GSP memang untuk tekstil sudah ditarik dari Januari lalu. Jadi memang AS menerapkan itu tidak hanya ke China, tapi semua negara yang dia defisit, termasuk Indonesia. Jadi memang ini tantangan ke kita. Yang saya tau tekstil ya, tekstil sudah dicabut GSP-nya," ungkapnya di Kantor APINDO, Jakarta, Kamis (5/7/2018).

Dia menjelaskan, Trump mencabut GSP terhadap negara yang mengalami defisit neraca perdagangan. "Memang secara keseluruhan Trump melihatnya yang dia defisit dipotong saja semuanya. Mudah-mudahan tidak sampai kesana ya," jelas dia.

Sebagai informasi, GSP merupakan sistem pengecualian formal dari aturan yang lebih umum dari WTO yang mengharuskan setiap negara anggota WTO menerapkan tarif impor perdagangan yang sama dengan seluruh negara anggota lainnya.

Dengan GSP, maka negara anggota WTO dapat menurunkan tarif bagi negara-negara yang kurang berkembang, tanpa harus menurunkan tarif untuk negara-negara kaya.

 

Review

Shinta Kamdani (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Shinta Kamdani (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Ketua APindo Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan saat ini ada sekitar 124 produk Indonesia yang sedang di-review GSP-nya oleh AS.

"GSP kita sedang di-review, dan ada sekitar 124 produk dan sektor yang saat ini sedang dalam review, termasuk di dalamnya kayu plywood, cotton, macam-macam. Tekstil sih sebenarnya ga masuk dalam 124 produk itu ya, tapi dia juga kena akan di-review secara menyeluruh untuk lebih mendapatkan manfaatnya. Lalu juga ada produk-produk pertanian, udang dan kepiting kalau ga salah, ini saya lagi liat listnya juga," ujar dia.

Shinta menjelaskan jika GSP dicabut maka bea masuk produk ekspor Indonesia ke AS akan semakin mahal. "Tapi prinsipnya, itu yang jadi kuncinya, karena kalau kita kehilangan GSP-nya, kita ekspor kesana akan lebih mahal karena tarifnya lebih tinggi," imbuh dia.

Meskipun demikian, dia mengatakan, Indonesia masih bisa berharap rencana tersebut tidak berlanjut ke produk yang lain. Ancang-ancang perang dagang antara AS dan Tiongkok diharapkan menjadi pertimbangan bagi Trump untuk mengurungkan niatnya.

"Upaya diplomasi ke sana sudah ada, baik pemerintah maupun asosiasi kan kita dipanggil kesana untuk hearing. Sekarang prosesnya sudah sampai public hearing, nanti kita asosiasi, importir dari sana juga dipanggil, nanti ada panel pendukung dan panel oposisi. Dalam beberapa bulan ini lah," katanya.

"Tapi sebenarnya saya melihat posisi kita cukup baik ya, karena perang dagang AS-China, mereka ga mungkin mampu untuk confront semua negara di semua lini. Jadi kita coba ngambil positifnya aja deh," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya