Bendungan Menganti Suplai Irigasi di Cilacap Saat Kemarau

Bendungan Menganti tak hanya digunakan untuk irigasi tetapi juga sarana pengendali banjir dan penuhi kebutuhan air.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 28 Jul 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2018, 12:00 WIB
(Foto: Dok Kementerian PUPR)
Bendungan Menganti (Foto: Dok Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta - Kebutuhan air di daerah irigasi (DI) Lakbok bagian selatan, Jawa Barat, Sidareja dan Cihaur, Jawa Tengah masih tercukupi meski musim kemarau.

Di daerah irigasi (DI) Lakbok bagian Selatan luasnya mencapai 4.616 hektar di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat dan DI Sidareja mencapai 9.635 hektar. Sedangkan di Cihaur luasnya mencapai 11.902 hektar di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Para petani saat ini memasuki musim tanam ke-3 dengan jenis tanaman palawija berkat ketersediaan pasokan air irigasi dari Bendungan Manganti yang dibangun pada 1987. 

"Bendung Manganti yang berada di bawah kewenangan Balai Wilayah Sungai (BWS) Citanduy, merupakan bendung gerak yang dilengkapi pintu yang dioperasikan dengan sistem penggerak elektrik dan manual," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono dalam keterangan tertulis, Sabtu (28/7/2018).

Meski sudah lama beroperasi, pemeliharaan Bendungan Manganti dilakukan secara rutin untuk menjaga kelestarian dan kelancaran operasional bangunan yang sangat dibutuhkan petani di wilayah Sidareja-Cihaur, Kabupaten Cilacap dan Lakbok Selatan, dan Kabupaten Ciamis.

Selain irigasi, Bendung Manganti juga difungsikan sebagai sarana pengendali banjir, dan pemenuhan kebutuhan air baku wilayah Kecamatan Sidareja, Cilacap, dan dua Kecamatan di Kabupaten Ciamis yakni Purwadadi dan Lakbok.

 

 

Bendungan Leuwikeris

(Foto: Dok Kementerian PUPR)
Bendungan Menganti (Foto: Dok Kementerian PUPR)

Untuk mendukung produktivitas pertanian di Jawa Barat, sebagai salah satu lumbung pangan nasional, Kementerian PUPR saat ini tengah menyelesaikan pembangunan Bendungan Leuwikeris. 

Bendungan ini merupakan salah satu dari 49 bendungan baru yang dibangun dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla.

Basuki menuturkan, saat ini Sungai Citanduy belum memiliki bendungan. Apabila bendungannya sudah rampung, maka kontinuitas suplai air ke sawah terjaga. 

"Selama ini lahan pertanian kerap mengalami banjir saat musim hujan dan kekurangan air pada musim kemarau," kata Basuki.  

Bendungan Leuwikeris akan mengairi jaringan irigasi seluas 6.600 hektar DI Lakbok Utara dan DI Lakbok Selatan seluas 4.616 hektar.

Manfaat lainnya adalah mensuplai air baku sebesar 850 m3 per detik, pengendalian banjir dan potensi listrik sebesar 2x10 MW. 

Basuki menyatakan, kapasitas tampung Bendungan Leuwikeris cukup besar yakni 81,44 juta m3, atau enam kali lebih besar dari Bendungan Raknamo di Provinsi NTT sebesar 14 juta m3. 

Kemajuan fisiknya hingga 27 Juli 2018 sudah mencapai 31 persen dan untuk pembebasan tanah sebesar 60 persen. Kontrak kerja pembangunannya terbagi menjadi tiga paket dengan nilai total Rp 1,9 triliun. 

Paket pertama dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan-PT Bahagia Bangun Nusa KSO untuk konstruksi tubuh bendungan (main dam) dan fasilitas umum senilai Rp 867 miliar.

Paket kedua oleh PT Waskita Karya – PT Adhi Karya Tbk KSO untuk pembangunan pelimpah (spillway) senilai Rp 642,33 miliar. 

Paket lainnya dikerjakan oleh PT Hutama Karya (Persero) untuk pekerjaan terowongan pengelak (tunnel divertion) dan pembangunan jalan akses senilai Rp 385,46 miliar dan konsultan pengawasan oleh PT Virama Karya dan PT Catur Bina Guna Persada KSO sebesar Rp 47,34 miliar. (Yas)

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya