Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) kembangkan teknologi konstruksi saluran irigasi beton pracetak modular untuk meningkatkan kualitas aliran air pada jaringan saluran irigasi.
Pengembangan teknologi ini dilakukan oleh Balai Litbang Irigasi Puslitbang Sumber Daya Air (SDA), Balitbang Kementerian PUPR, dengan tujuan agar bisa digunakan pada saluran irigasi premier, sekunder dan tersier serta memiliki keunggulan baik dari segi mutu konstruksi dan biaya.
Sebelumnya, Balitbang Kementerian PUPR sempat menawarkan inovasi ini kepada para pengusaha swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam forum bisnis pada acara Concrete Show 2017.
Advertisement
Baca Juga
Berdasarkan laporan yang diterima dari Kementerian PUPR, saluran irigasi modular ini memiliki sambungan yang kuat dan cukup kedap untuk meminimalisir kehilangan air akibat terjadinya longsor dinding saluran.
Selain itu, teknologi tersebut juga memiliki beberapa keunggulan yakni lebih mudah, rapi, dan cepat proses pembangunannya. Biaya pemeliharaan saluran irigasi modular pun terhitung lebih murah.
Penerapan teknologi ini telah diujicoba di Kabupaten Pandeglang, Banten yaitu di daerah irigasi (DI) Kadugenep, Serang, dan di daerah irigasi Cimajau, Pandeglang, sepanjang 2,7 km.
Kementerian PUPR Bangun Irigasi dan Bedah Rumah di Sukabumi
Sebelumnya, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono melakukan kunjungan kerja, dengan meninjau dua lokasi pelaksanaan program Padat Karya Tunai (PKT) di Desa Pasir Suren dan Desa Citarik, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Basuki Hadimuljono mengatakan, PKT irigasi kecil di Desa Pasir Suren merupakan Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air (P3TGAI) di Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR.
"Pekerjaan berupa pembuatan saluran irigasi kecil sepanjang 600 meter yang merupakan bagian daerah irigasi Cigobang dengan luas 125 hektare (ha)," ujar dia dalam keterangan tertulis di Sukabumi, seperti dikutip Senin 9 April 2018.
Anggaran PKT tersebut adalah Rp 225 juta, dengan melibatkan 70 orang yang merupakan anggota Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Mulyatani 3 dengan masa kerja 50 hari.
Petani yang bekerja sebagai tukang di sana mendapat upah Rp 100 ribu per hari dan untuk pembantu tukang sebesar Rp 80 ribu per hari. Upah dibayarkan setiap pekan dan telah memasuki hari ke empat pelaksanaan pekerjaan.
Tidak jauh dari lokasi PKT irigasi kecil, Kementerian PUPR melalui Ditjen Penyediaan Perumahan juga tengah melaksanakan PKT Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) lewat program bedah rumah yang tidak layak huni menjadi rumah layak huni.
Pada 2018, program padat karya tunai bedah rumah di Kabupaten Sukabumi akan menangani sebanyak 748 unit di 11 desa dengan anggaran Rp 11,2 miliar, dimana sebesar 1,8 miliar dan Rp 9,8 miliar digunakan untuk belanja bahan bangunan. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dari tahun lalu, di mana pada 2017 program BSPS di Sukabumi berjumlah 347 unit.
Penerima PKT bedah rumah akan mendapat bantuan dana sebesar Rp 15 juta, dengan pembagian Rp 12,5 juta untuk belanja bahan dan Rp 2,5 juta untuk upah.
Dana yang diterima umumnya digunakan untuk perbaikan dinding rumah yang semula bilik menjadi batu bata, serta perbaikan atap rapuh yang rawan rubuh.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement