Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) memastikan kegiatan penyaluran bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji masih berjalan normal usai gempa bumi yang mengguncang‎ wilayah, Lombok, Bali dan sebagian Sumbawa dengan kekuatan 6,4 Skala Richter (SR).
Unit Manager Communication & CSR Pertamina Unita Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Rifky Rakhman‎ Yusuf mengatakan, ‎saat ini penyaluran BBM dan elpji di wilayah yang terguncang gempa masih berjalan lancar.
Advertisement
Baca Juga
"Infonya masih berjalan normal," kata Rifky saat berbincang dengan Liputan6.com, di Jakarta, Minggu (29/7/2018).
Menurut Rifky, Pertamina telah mengirim tim untuk mendata seluruh fasilitas penyaluran BBM dan Elpiji di wilayah tersebut, hasilnya tidak ada fasilitas yang mengalami kerusakan akibat gempa yang mengguncang pada Minggu pagi.
"Tim sudah investarisir (fasilitas penyaluran BBM dan Elpiji) dan so far aman," ujarnya.
Dia mengungkapkan, Pertamina telah menyiagakan tim untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan dan menjaga kelancaran pasokan BBM serta elpiji akibat terjadinya gempa susulan.
"Tim kami juga standby untuk antisipasi lebih lanjut," tandasnya.
Korban Jiwa Gempa Lombok Bertambah Jadi 10 Orang
Korban gempa berkekuatan 6,4 SR di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu pagi 29 Juli 2018 terus bertambah. Catatan terakhir korban jiwa 10 orang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, seperti dilansir Antara, menyebutkan hingga Minggu pukul 09.45 WIB tercatat dampak gempa menyebabkan 10 orang meninggal dunia, 40 orang luka dan puluhan rumah rusak.
Diperkirakan dampak gempa akan bertambah mengingat pendataan masih berlangsung dan belum semua lokasi terdata. Data sementara dari BPBD Provinsi NTB, tercatat di Kabupaten Lombok Timur terdapat delapan orang meninggal dunia, 10 orang luka berat, 10 orang luka ringan dan puluhan rumah rusak.
Dari delapan korban meninggal terdapat satu orang warga negara Malaysia. Identitas korban meninggal dunia: Isma Wida (30 tahun) warga negara Malaysia, Ina Marah (60 tahun), Ina Rumenah (58 tahun) dan 5 orang meninggal dunia dalam pendataan identitas oleh petugas.
Di Kabupaten Lombok Utara juga terdapat dua orang meninggal dunia, dan 13 orang luka-luka dirawat di Puskesmas Senaru, dan tujuh orang di Puskesmas Bayan.
Berdasarkan laporan juga terdapat longsor cukup besar dari Gunung Rinjani di mana material longsoran mengarah ke utara pascagempa 6,4 SR. Saat ini jalur pendakian ke Gunung Rinjani ditutup dan aparat masih melakukan pemantauan terhadap dampak longsor yang ada.
Gempa susulan juga masih terus berlangsung dan hingga pukul 09.20 WIB, BMKG mencatat telah terjadi 66 kali gempa susulan. Gempa susulan ini dengan kekuatan yang lebih kecil dan tidak berpotensi tsunami.
Ini adalah hal yang alamiah di mana setelah terjadi gempa besar, akan diikuti oleh gempa-gempa susulan yang lebih kecil dalam rangka mencari keseimbangan sistem lempeng atau sesar yang ada, ujarnya.
Petugas BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, PMI, Tagana, dan relawan terus melakukan penanganan darurat. Posko BNPB terus berkoordinasi dengan BPBD Provinsi NTB dan BPBD Kabupaten/Kota terdampak gempa. Tim Reaksi Cepat BNPB juga telah menuju ke lokasi bencana untuk memberikan pendampingan BPBD.
Advertisement