Peternak: Produksi Telur Sudah Kembali Normal

Penurunan produksi telur lantaran penyakit sehingga produktivita ayam menurun.

oleh Septian Deny diperbarui 30 Jul 2018, 14:15 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2018, 14:15 WIB
Peternak di Depok Ungkap Penyebab Tingginya Harga Telur Ayam
Pekerja mengumpulkan telur dari peternakan ayam di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) menyatakan produksi telur ayam telah kembali normal. Hal ini diharapkan mampu membuat harga komoditas pangan tersebut kembali normal dalam waktu dekat di tingkat pedagang.

Ketua Umum Pinsar Singgih Januratmoko mengatakan, saat ini produksi telur telah kembali ke angka 7.500-8.000 ton per hari. Sebelumnya, produksi tersebut turun hingga 10 persen.

"Produksi per hari 7.500 ton sampai dengan 8.000 ton. (Sebelumnya turun) 10 persen. (Sekarang sudah normal lagi," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (30/7/2018).

Dia mengungkapkan, penurunan produksi telur lantaran penyakit sehingga produktivita ayam menurun. Penyakit ini disebut timbul lantaran adanya larangan penggunaan Antibiotic Growth Promoters (AGP). Namun, setelah adanya penggantinya, produktivitas ayam pun perlahan kembali normal.

"(Dampak AGP besar) Iya. Performance-nya (sekarang) sudah membaik," ungkap dia.

Menurut Singgih, saat ini harga telur di tingkat produsen sekitar Rp 18 ribu-Rp 20 ribu per kg. Dia berharap hal ini juga berdampak pada harga di tingkat pedagang.

"Telur sudah normal. Harga Rp 18 ribu sampai dengan Rp 20 ribu di farm gate. Sebelumnya sempat Rp 25 ribu. (Di pasaran) Harusnya sekitar Rp 22 ribu-24 ribu," tandas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Meski Turun, Harga Telur Masih Mahal

Peternak di Depok Ungkap Penyebab Tingginya Harga Telur Ayam
Pekerja mengumpulkan telur dari peternakan ayam di kawasan Depok, Jawa Barat, Senin (23/7). Tingginya harga telur ayam di pasaran karena tingginya permintaan saat lebaran lalu yang berimbas belum stabilnya produksi telur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Setelah dua pekan terakhir harga telur ayam mencetak rekor sampai menyentuh Rp 30 ribu per kilogram (kg), akhirnya Pemerintah mulai turun tangan untuk menekan harga lewat operasi pasar. Perlahan, harga telur mulai menurun.

Menurut pantauan Liputan6.com di Pasar Bengkok, Tangerang, harga telur sudah turun bahkan ke angka Rp 25 ribu per kg di agen. Sementara, harga di pasar ada di kisaran Rp 26 ribu per kg. 

"Telur Rp 26 ribu. Ayam kampung, Rp 2.500 per butir. Telur puyuh Rp 34 ribu, telur asing 3.500," jelas Maulana (20) pada Minggu (29/7/2018).

Maulana menyebut harga memang sudah turun dibandingkan sebelumnya. Ketika ditanya sejak kapan harga telur mulai turun, ia menjawab itu sudah berlangsung dari awal pekan ini. Harga per kilogram pun sempat turun sampai Rp 25 ribu.

"Dari awal minggu. Senin kemarin sampai Rp 25 ribu," jelasnya.

Walaupun harga sudah terus menerus setelah kenaikan usai lebaran, pihak pembeli masih mengeluhkan jumlah yang terbilang tinggi. Salah satunya Saidah (38) yang mengatakan harga telur masih mahal dan belum normal.

"Biasanya normalnya Rp 22 ribu. Rp 25 ribu termasuk mahal," ungkapnya.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) sudah mengadakan operasi pasar pada pertengahan Juli lalu dengan mempers Target mereka adalah menekan harga telur sampai Rp 22 ribu per kg.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya