Pasokan AS Meningkat, Harga Minyak Susut 2 Persen

Harga minyak dunia melemah sekitar dua persen seiring stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) secara mengejutkan meningkat.

oleh Agustina Melani diperbarui 02 Agu 2018, 05:30 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2018, 05:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia melemah sekitar dua persen seiring stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) secara mengejutkan meningkat.

Ini memberi kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan minyak global. Sementara itu, investor khawatir ketegangan perdagangan dapat tekan permintaan energi.

Harga minyak Brent melemah USD 1,82 ke posisi USD 72,39 per barel. Harga minyak Brent tersebut melemah 2,5 persen. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut USD 1,1 atau turun 1,6 persen ke posisi USD 67,66 per barel.

Sepanjang Juli 2018, harga minyak Brent turun lebih dari enam persen. Sedangkan harga minyak mentah AS susut sekitar tujuh persen yang merupakan penurunan bulanan terbesar untuk harga acuan minyak sejak Juli 2016.

Pasokan minyak AS naik 3,8 juta barel pada pekan lalu seiring impor minyak meningkat. Hal itu berdasarkan data the Energy Information Administration (EIA).  Dalam survei analis Reuters, diperkirakan pasokan turun 2,8 juta barel.

Namun, harga minyak berjangka memangkas pelemahan usai data yang menunjukkan kenaikan permintaan AS.

"Ini mengejutkan untuk melihat pasokan minyak. Akan tetapi itu sedikit diimbangi oleh hasil lebih besar dari perkiraan di bensin," ujar Tariq Zahir, Managing Member Tyche Capital Advisors seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (2/8/2018).

Stok bensin turun 2,5 juta barel. Sementara stok minyak mentah di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma AS susut 1,3 juta barel. Pada Selasa, IEA melaporkan produksi minyak mentah AS turun 30 ribu barel per hari menjadi 10,44 juta barel per hari pada Mei.

Harga minyak juga tertekan oleh kekhawatiran ketegangan perdagangan global dapat hambat pertumbuhan ekonomi. China mengatakan akan membalas jika Amerika Serikat mengambil langkah lebih lanjut untuk hambat perdagangan. Ini karena pemerintahan AS akan tarik tarif hingga 25 persen pada barang China senilai USD 200 miliar.

 

Produksi Rusia

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Produksi minyak Rusia pada bulan lalu juga rata-rata di atas tingkat yang dijanjikan Moskow. Ini menyusul pertemuan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) dan non OPEC pada Juni mengindikasikan kenaikan produksi.

Hal ini seiring Menteri Energi Rusia, Alexander Novak menuturkan, produksi lebih tinggi karena kebutuhan untuk menjaga stabilitas pasar.

Komentarnya tersebut menunjukkan produksi minyak Rusia di atas ketentuan usai pertemuan OPEC pada Juni. Novak mengatakan, Rusia dapat produksi minyak melampaui 200 ribu barel per hari jika ada kebutuhan untuk itu.

Pejabat Kuwait mengatakan, negara tersebut dapat meningkatkan produksi minyak sebesar 100 ribu barel per hari pada Juli dari rata-rata Juni 2018. Survei Reuters menemukan kalau produksi OPEC mencapai tingkat tertinggi pada Juli.

OPEC dan Rusia serta sekutunya memutuskan kurangi pemangkasan pasokan pada pertemuan Juni. "Harga Brent berjangka terus tertekan oleh kenaikan tajam pada bulan di Arab Saudi dan ekspor minyak mentah Rusia yang memaksa pasokan sementara melimpah yang akan membutuhkan beberapa pelambatan dari hasil produksi bulan ini," ujar Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya