Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen) pada Maret 2018. Angka tersebut berkurang 633,2 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12 persen).
Pengamat Kebijakan Publik Mickael B. Hoelman mengatakan, keberhasilan penurunan kemiskinan kali ini dianggap istimewa karena di saat yang sama upaya pengurangan ketimpangan turut menunjukkan capaian positif.
"Di mana angka gini ratio juga mengalami penurunan sebesar 0,002 poin pada Maret, 2018 poin menjadi 0,389 jika dibanding dengan gini ratio pada September 2017 yang sebesar 0,391," ungkapnya dalam diskusi, di Tjikini Lima Cafe, Jakarta, Rabu (8/8/208).
Advertisement
Baca Juga
Hasil ini, menurut dia, menunjukkan bahwa orientasi kebijakan dan anggaran yang berkomitmen untuk berbagai belanja sosial, seperti layanan Kartu Indonesia Sehat, subsidi pangan dan beasiswa melalui Kartu Indonesia Pintar yang dicanangkan Presiden Joko Widodo terbukti mulai menuai hasil.
"Jadi penurunan tingkat kemiskinan berbarengan dengan gini ratio membuktikan pendekatan pembangunan manusia layak menjadi landasan bagi terobosan bahkan target-target ambisius pemerintah selanjutnya," kata dia.
Meskipun demikian, Pemerintah tetap harus terus berupaya keras untuk mengurangi kemiskinan. Koordinasi antar-kementerian juga harus dilakukan dengan lebih baik.
Pemerintah pun diharapkan menggelontorkan lebih banyak prioritas program dan alokasi anggaran untuk belanja sosial terutama guna mempertahankan momentum penurunan kemiskinan dan angka gini ratio terhadap tantangan makro yaitu depresiasi rupiah dan lonjakan suku bunga yang dapat segera mendera warga miskin dan rentan miskin.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jumlah Penduduk Miskin Terendah Sejak Krisis 1998
Sebelumnya, BPS mencatat jumlah penduduk miskin atau penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 25,95 juta orang (9,82 persen) pada Maret 2018. Angka tersebut berkurang 633,2 ribu orang dibandingkan dengan kondisi September 2017 yang sebesar 26,58 juta orang (10,12 persen).
Kepala BPS, Suharyanto, menyebutkan angka tersebut paling rendah sejak krisis moneter yang dialami Indonesia pada 1998 silam.
"Ini pertama kali Indonesia mendapatkan tingkat angka kemiskinan satu digit, terendah sejak 1998, meski penurunan jumlah penduduknya tidak yang paling tinggi," kata Suharyanto pada Senin 16 Juli 2018.Â
BACA JUGA
Meski turun, Suharyanto menegaskan bahwa tugas pemerintah masih banyak sebab jumlah penduduk miskin masih cukup tinggi.
"Maret 2018 ini adalah untuk pertama kalinya persentase penduduk miskin di angka 1, biasanya dua digit, ini pertama kalinya terendah. Tapi menurut saya kita masih punya banyak PR, kebijakan harus tepat sasaran. Memang persentase paling rendah tapi jumlah (penduduk miskin) masih besar."
Suharyanto mengungkapkan persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2017 sebesar 7,26 persen, turun menjadi 7,02 persen pada Maret 2018. Sementara itu, persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September 2017 sebesar 13,47 persen, turun menjadi 13,20 persen pada Maret 2018.
Selama periode September 2017-Maret 2018, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun hingga 128,2 ribu orang (dari 10,27 juta orang pada September 2017 menjadi 10,14 juta orang pada Maret 2018). Sementara itu, di daerah perdesaan turun 505 ribu orang (dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81 juta orang pada Maret 2018).
Advertisement