Liputan6.com, Jakarta - Kondisi nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat dinilai bukan hanya menjadi mimpi buruk bagi Indonesia. Kondisi saat ini bisa jadi momentum yang menguntungkan.
Pengusaha sekaligus mantan Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel mengungkapkan, kondisi saat ini seharusnya dimanfaatkan untuk mendongkrak ekspor sebanyak-banyaknya sebab rupiah yang bisa didulang akan menjadi lebih besar nilainya.
Apalagi, Indonesia bukan kali pertama menghadapi kondisi rupiah tertekan. Seharusnya kondisi-kondisi di masa lalu dapat dijadikan pengalaman yang berharga dalam menghadapi kondisi serupa.
Advertisement
Baca Juga
"Sekarang ini momentum, kejadian sekarang ini kalau rupiah melemah kita sudah mengalami bukan pertama kali sudah mengalami tahun 97 kita alami. Di samping itu kita juga sudah mengalami devaluasi jadi ini bukan hal yang baru," kata Rachmat dalam sebuah acara diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (8/9/2018).
Dia melanjutkan, saat ini seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan kondisi nilai tukar rupiah melemah untuk mengeruk untung dengan cara meningkatkan ekspor.
"Sekarang adalah bagaimana memanfaatkan kalau untuk saya ini peluang sebetulnya sebagai pengusaha ini peluang. Bagaimana kita bisa dorong ekspor kita dari Indonesia," ujar dia.
Namun, hal itu tentu saja tidak mudah. Dia menyebutkan, pemerintah perlu turun tangan membantu pengusaha menghadapi kendala-kendala ekspor yang kerap terjadi.
"Tentu untuk bisa mendorong ekspor kita apa hambatan-hambatan yang dihadapi para pengusaha. Ini yang menurut saya, sebetulnya tidak terlampau khawatir dengan masalah ini (pelemahan Rupiah)," ujar dia.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Banyak Produk Impor
Namun demikian, dia juga mengungkapkan kondisi yang terjadi saat ini, pasar domestik diserang banyak produk impor mulai dari yang legal hingga ilegal.
Dia berharap, pemerintah bisa memperhatikan kondisi tersebut dengan cara merangkul UKM untuk meningkatkan produksi dan ekspor-nya. "Melindungi industri dalam negeri khususnya industri kecil menengah," kata dia.
Dalam kesempatan serupa, Suryani SF Motik selaku Wakil Ketua Umum KADIN (Kamar Dagang Industri) mengeluhkan hal yang sama. Produk impor merajai hampir separuh dari pasar niaga elektronik atau e-commerce dalam negeri.
"Online itu produknya mayoritas 70 persen 80 persen produk China, jarang sekali produk-produk UKM yang muncul di online mulai dari blibli.com, bukalapak dan sebagainya mayoritas produk-produk China," ujar dia.
Dia berharap, pemerintah bisa memberi insentif atau bantuan untuk para pengusaha dalam negeri untuk meningkatkan ekspor. Salah satunya dengan cara membuka pasar baru misalnya ke negara-negara Afrika.
Ekspor ke negara tersebut, lanjutnya, tidak sesulit birokrasi ekspor ke negara lain seperti Amerika Serikat.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement