Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak bervariasi pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Data persediaan minyak di AS menjadi salah satu sentimen yang membebani harga minyak.
Mengutip Reuters, Selasa (11/9/2018), harga minyak mentah AS berjangka turun 21 sen menjadi USD 67,54 per barel. Sedangkan harga minyak mentah brent naik 54 sen menjadi USD 77,37 per barel, setelah menyentuh sesi tertinggi di USD 77,92 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Harga minyak mentah AS sempat reli panjang di awal perdagangan. Namun kemudian harus mengalami tekanan karena data persediaan AS yang menunjukkan kenaikan.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Bloomberg, data persediaan minyak di AS meningkat. Hal tersebut bertolakbelakang dengan data dari Genscape pada pekan lalu yang memperkirakan persediaan minyak mentah AS mengalami penurunan.
"Khusus perdagangan di Senin adalah pertentangan antara Bloomberg dengan Genscape. Perbedaan tersebut menghentikan reli yang tercipta," jelas Direktur Perdagangan Berjangka Mizuho, New York, Bob Yawger.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Di Luar AS
Di luar AS, sentimen yang mempengaruhi harga minyak adalah espor minyak menjah Iran yang menurun jelang tenggak waktu pelaksanaan sanksi baru dari AS pada November nanti.
Meskipun banyak dari importir minyak dari Iran yang menyatakan mereka menentang sanksi tersebut, Namun AS tetap melakukan hal tersebut.
"Pemerintah AS sudah kukuh untuk melaksanakan sanksi untuk Iran. Adanya hukuman jika perusahaan AS menentang sanksi tersebut membuat semua orang takutt," jelas konsultan Energi FGE.
Washington pun terus melakukan lobi kepada negara-negara lain untuk ikut memberikan sanksi kepada Iran.
Advertisement