Perusahaan Ceko Minat Bangun Industri Pembangkit Listrik

Perusahaan asal Ceko yang bergerak di sektor kelistrikan berupa pengembang listrik swasta dan industri turbin yang hadir dalam forum bisnis Indonesia-Ceko.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 18 Sep 2018, 18:45 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2018, 18:45 WIB
Mengintip Infrastruktur Listrik Pendukung Asian Games 2018
Deretan gardu Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Jakabaring yang terletak di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (9/2). PLN memastikan kondisi listrik aman saat Asian Games 2018. (Liputan6.com/Agustina)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan asal Republik Ceko berminat membangun industri pembangkit listrik di Indonesia.

Hal tersebut telah disampaikan kepada Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar. Arcandra mengatakan, ada perusahaan asal Republik Ceko yang bergerak di sektor kelistrikan, berupa pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dan industri turbin yang hadir dalam forum bisnis Indonesia - Ceko.

"Sektor energi turbin untuk kelistrikan terus juga ada IPP," kata Arcandra, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (18/9/2018).

‎Arcandra mengungkapkan, dalam forum tersebut ada perusahaan yang berminat membangun industri pembakit berupa turbin. Rencana investasi tersebut, merupakan pengembangan bisnis dari sebelumnya sebagai IPP pembangkit listrik.

"Ada di Muara Tawar mereka punya project, ada dengan IPP, tapi sedikit nah ini mau ekspansi, dan mendirikan juga manufacturing turbin mereka ke sini," tutur dia.

Perusahaan tersebut adalah ENERGO-PRO yang memiliki bisnis utama di sektor pembangkit listrik tenaga air, selain berbisnis jual listrik perusahaan tersebut juga memiliki bisnis sampingan teknologi, peralatan dan infrastruktur pembangkit listrik tenaga air.

‎"Iya bisa skala besar bisa skala kecil, ada juga mini hydro, skala mini hydro," kata dia.

 

RI-Ceko Jajaki Kerja Sama Energi Terbarukan hingga Industri Kereta Api

Ilustrasi energi bersih dan terbarukan
Ilustrasi (iStock)

Sebelumnya, Indonesia dan Ceko menjajaki peluang kerja sama ekonomi khususnya di sektor industri. Potensi kolaborasi kedua negara ini akan dilakukan melalui upaya peningkatan investasi dan ekspor sehingga diharapkan dapat memperkuat struktur manufaktur dan memperbaiki neraca perdagangan nasional.

"Kami mengharapkan dukungan Ceko dalam upaya mempercepat negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa. Sebelumnya, Bapak Presiden Jokowi dan PM Australia telah melakukan finalisasi Indonesia-Australia CEPA," ujar Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai bertemu dengan Ketua Senat Republik Ceko Milan Stech di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin 17 September 2018.

Dia meyakini, apabila kerangka kemitraan bilateral yang komprehensif tersebut terjalin, bakal mendongkrak ekspor produk Indonesia yang signifikan ke Ceko.

"Beberapa produk manufaktur kita yang punya potensi menembus pasar Ceko, antara lain tekstil dan pakaian, alas kaki, furnitur berbasis kayu, serta pulp dan kertas," kata dia.

Airlangga menyampaikan, pihaknya berupaya menarik investor Ceko untuk menanam modalnya di Indonesia pada sektor industri pengolahan karet. Hal ini selangkah dengan potensi Indonesia termasuk dalam jajaran produsen crumb rubber (karet remah) terbesar di dunia. 

"Sementara Ceko punya industri pengolahan karet yang cukup berdaya saing seperti pabrik ban," lanjut dia.

Di samping itu, lanjut dia, Indonesia memiliki industri kereta api yang sudah mampu memproduksi berbagai komponen dan infrastruktur perkeretaapian. Misalnya, rolling stock, trek rel, hingga sistem persinyalan. Ini menjadi peluang kolaborasi di kedua negara untuk saling transfer teknologi.

"Indonesia dapat dijadikan basis pengembangan industri kereta api. Sejumlah negara seperti Australia, Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, dan Sri Lanka telah memesan dan mengimpor kereta api dari Indonesia," papar dia.

Apalagi, Indonesia sedang gencar-gencarnya membangun infrastruktur transportasi guna memperkuat konektivitas termasuk di dalamnya pembuatan kereta api, mass rapid transit (MRT), dan light rail transit (LRT) yang memerlukan teknologi perkeretaapian yang maju. 

"Ceko sebagai salah satu negara yang punya teknologi canggih tersebut," ujar dia.

Sektor lainnya yang juga dijajaki untuk bisa dikerjasamakan kedua negara, yakni industri farmasi. "Saat ini, Indonesia termasuk negara yang memiliki program jaminan kesehatan terbesar. Selain itu, industri farmasi Indonesia tengah memulai pengembangan lebih lanjutnya," tutur Airlangga. 

Peluang investasi selanjutnya ada di teknologi mini hydro, yang merupakan bagian dari penyediaan energi terbarukan di remote area dan merupakan peluang yang siap digarap di Indonesia. 

Untuk memberikan keyakinan kepada para pelaku industri Ceko, Airlangga menegaskan, Pemerintah Indonesia berkomitmen menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Hal ini seiring dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 dalam menyiapkan strategi dan arah yang jelas untuk memasuki era revolusi industri geneasi keempat.

Salah satu program strategisnya, yakni memberikan insentif fiskal. "Nantinya ada insentif untuk inovasi hingga 20 tahun serta skema tax allowance untuk inovasi hingga 200 persen. Ini tentu sangat membantu industri yang berproduksi untuk pasar dalam negeri maupun untuk Asean Community," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya