Pemerintah RI dan Ceko Sepakat Dongkrak Volume Perdagangan

Ceko merupakan mitra dagang Indonesia terbesar keempat di kawasan Eropa Tengah dan Timur.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Mei 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 03 Mei 2018, 11:00 WIB
Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia dan Ceko sepakat untuk meningkatkan volume perdagangan antar kedua negara. Ini dilakukan melalui penguatan kerja sama di sektor industri.

Kesepakatan tersebut merupakan hasil pertemuan bilateral antara Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto dengan Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Ceko, Vladimir Bratl di Praha.

"Seharusnya kerja sama perdagangan yang terjadi saat ini bisa lebih ditingkatkan. Untuk itu, Indonesia menargetkan peningkatan volume perdagangan antar kedua negara sebanyak dua kali lipat," ujar Airlangga dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (3/5/2018).

‎Ceko merupakan mitra dagang Indonesia terbesar keempat di kawasan Eropa Tengah dan Timur setelah Rusia, Ukraina dan Polandia. Selama 2010-2015, total nilai investasi Ceko di Indonesia mencapai USD 34,35 juta.

Sedangkan, pada periode 2016-2017, investasi Ceko di sektor manufaktur mencapai USD 499,5 ribu untuk tiga proyek yang meliputi industri logam dasar, barang logam, serta mesin dan elektronik.

Airlangga menyebutkan, potensi kerja sama industri kedua negara yang masih berpeluang untuk dikembangkan, di antaranya adalah industri pertahanan, gelas, keramik, pembangkit listrik tenaga air, serta pesawat terbang (komponen dan MRO).

"Kami meyakini kolaborasi Indonesia dan Ceko di sektor industri bisa saling melengkapi dan menguntungkan bagi kedua belah pihak,” kata dia.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah Ceko juga ingin bermitra dengan Indonesia dalam pengembangan industri berbasis mineral. Hal ini sejalan dengan fokus Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam upaya mendorong hilirisasi di dalam negeri agar meningkatkan nilai tambah sumber daya alam lokal.

"Kami telah memfasilitasi melalui pembangunan sejumlah kawasan industri terpadu, khususnya di luar Jawa," tutur dia.

Daerah yang dimaksud di antaranya, Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah, Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan, dan Kawasan Industri Konawe Sulawesi Tenggara.

Di samping itu, kedua negara sepakat untuk menjadikan masing-masing negara sebagai gerbang masuknya produk dan investasi. "Indonesia ingin Ceko juga sebagai gerbang untuk pasar Uni Eropa, sementara Ceko ingin Indonesia sebagai gerbang pasar ke Asean," ujar Airlangga.

 

 

Selanjutnya

Kinerja Ekspor dan Impor RI
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Wakil Menteri Perindustrian dan Perdagangan Ceko, Vladimir Bratl mengatakan, Ceko mempunyai kekuatan dalam pengembangan pesawat perintis. Untuk itu, Ceko berharap bisa berkolaborasi dengan Indonesia yang memiliki potensi untuk pengembangan di sektor industri tersebut.

Hal senada juga disampaikan sebelumnya oleh Wakil Menteri Luar Negeri Ceko, Martin Tlapa, yang menyatakan Ceko sangat terbuka jika ada kesempatan untuk kerja sama dengan Indonesia di sektor industri kedirgantaraan terutama manufaktur pesawat jet.

Pemerintah Indonesia sedang mendorong tumbuhnya industri perawatan dan perbaikan pesawat atau maintenance, repair, and overhaul (MRO). Hal ini lantaran masih banyak potensi pengembangan sektor ini yang diintegrasikan dengan beberapa bandara di dalam negeri.

Apalagi, industri penerbangan dalam negeri terus berkembang dan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal ini diindikasikan dengan kenaikan jumlah lalu lintas udara, baik penumpang maupun untuk arus barang.

Pertumbuhan jumlah penumpang udara domestik meningkat rata-rata 15 persen per tahun selama 10 tahun terakhir. Sedangkan jumlah penumpang udara internasional naik hingga sekitar 8 persen. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara terbesar ketiga di Asia dalam pembelian pesawat udara setelah China dan India.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya