RI Diprediksi Impor Gas pada 2019, Pemerintah Gencar Cari Investor

Upaya memenuhi permintaan, pemerintah mengejar target dalam meningkatkan cadangan dan produksi migas nasional, serta mengembangkan infrastruktur gas nasional.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 25 Sep 2018, 18:50 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2018, 18:50 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan Indonesia akan mengimpor gas pada 2019.

Upaya menghindari hal tersebut pemerintah sedang meningkatkan investasi agar produksi gas nasional meningkat.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto mengatakan, Indonesia sedang menghadapi kesenjangan antara pasokan minyak dan gas nasional seiring kenaikan permintaan. Kondisi ini yang membuat Indonesia diprediksi akan memulai impor gas pada 2019.

"Hari-hari ini, gas untuk keperluan rumah tangga meningkat secara signifikan," kata Djoko, dalam Konferensi dan Pameran Infrastruktur Gas Indonesia ke-7 (IndoPIPE 2018) pada Selasa (25/9/2018).

Upaya memenuhi permintaan, pemerintah mengejar target dalam meningkatkan cadangan dan produksi migas nasional, serta mengembangkan infrastruktur gas nasional.

Pemerintah Indonesia saat ini bekerja keras untuk menarik lebih banyak investor berinvestasi di sektor migas.

"Dengan demikian Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM, dalam upaya untuk mempromosikan lebih banyak investasi dalam eksplorasi minyak dan gas nasional secara besar-besaran," tuturnya.

Dia pun menyebutkan sejumlah faktor telah menyebabkan menurunnya investasi di sektor migas. Seperti regulasi yang tumpang tindih, stimulus insentif yang rendah, sumur minyak yang matang dan pergeseran cekungan ke bagian timur Indonesia dan perairan dalam.

"Kami sekarang tengah menarik kembali investasi di industri minyak dan gas," tandasnya.

19 Proyek Hulu Migas Senilai USD 19 Miliar Mampu Penuhi Kebutuhan Nasional

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus melakukan pengembangan proyek hulu minyak dan gas (migas) di Indonesia. Langkah tersebut untuk menjaga pasokan agar dapat memenuhi kebutuhan Nasional.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, ada 19 proyek hulu migas utama yang digarap pada periode 2018 hingga 2025. Pengerjaan belasan proyek hulu migas itu untuk mempertahankan ketersediaan pasokan migas di Indonesia.

"Proyek-proyek terdiri dari 14 proyek lepas pantai dan 5 proyek di darat," kata Djoko, dalam Konferensi dan Pameran Infrastruktur Gas Indonesia ke-7 (IndoPIPE) 2018, Selasa (25/9/2018).

Perkiraan produksi dari 19 proyek hulu tersebut menghasilkan produksi migas sekitar 651 ribu setara minyak per hari (Barel Oil Equivalent per Day/MBOEPD), dengan kisaran investasi USD 19 miliar.

Beberapa dari proyek migas ini adalah projek strategis nasional yang tertuang dalam Perpres No.58 tahun 2017. Proyek tersebut antara lain Lapangan Jangkrik, Pembangunan Indonesia Deepwater Indonesia (IDD) dan blok Masela.

Pemerintah Indonesia saat ini bekerja keras untuk menarik lebih banyak investor berinvestasi di sektor migas.

"Dengan demikian Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM, dalam upaya untuk mempromosikan lebih banyak investasi dalam eksplorasi minyak dan gas nasional secara besar-besaran," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya