Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Rosan P. Roeslani, mengatakan sektor pariwisata dapat menjadi ujung tombak ekonomi RI. Itu disebabkan, industri ini berpotensi sebagai penyumbang devisa terbesar bagi negara.
"Saya meyakini pariwisata kita ini dapat menjadi ujung tombak penerimaan devisa kita. Beberapa riset bahkan menyebutkan sektor pariwisata dapat menjadi penyumbang devisa nomor satu di Indonesia," tutur dia di Hotel Raffles, Kamis (27/9/2018).
Rosan menambahkan, pemerintah maupun Kadin sebagai pelaku usaha masih perlu melakukan beberapa koordinasi dan pembenahan untuk mendorong industri pariwisata ini. Kata dia, sebagai negara kepulauan, potensi RI berdampak besar untuk perekonomian.
Advertisement
Baca Juga
"Potensi kita itu luar biasa, kadang-kadang kita sampai lupa bahwa begitu banyak titik yang sebenarnya bisa dikembangkan. Makanya Pak Presiden memutuskan 10 destinasi baru tersebut di luar Bali," ujar dia.
Memiliki hobi menyelam, Rosan pun menegaskan, Raja Ampat jauh lebih indah dibandingkan Maldives. Ia telah berkeliling sekaligus menyaksikan pantai-pantai lain di luar sana.
"Saya penyelam juga, enggak ada apa-apanya itu Maldives dibanding Raja Ampat dan Labuan Bajo. Saya menyaksikan sendiri,"Â ujar dia.
Meski begitu, Rosan berharap pemerintah perlu berbenah dari segi regulasi. Dia menuturkan, selama ini banyak izin yang terbilang menyulitkan, sehingga menurunkan minat turis untuk berinvestasi.
"Kepulauan Seribu ini enggak pernah berkembang karena dari segi perizinan mereka itu sulit. Jadi kebijakan pemerintah kalau bisa jangan jadi kontradiktif dimana tujuanya mendatangkan turis asing. Termasuk pajaknya jangan dinaikkan untuk alat-alat penunjang marina seperti jetski, hingga operator skuba," tutur dia.
Â
Â
Sektor Pariwisata Mampu Kendalikan Inflasi
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, angka inflasi Indonesia dulu bisa terbilang kronis. Itu disebabkan biaya logistik yang cenderung mahal di negara kepulauan seperti RI.
"Indonesia itu dari dulu negara yang mengidam penyakit inflasi relatif tinggi malah mungkin agak kronis. Tapi beberapa tahun terakhir kita sudah mencoba kendalikan," tuturnya di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis 27 September 2018.
Darmin menjelaskan, salah satu upaya pemerintah menjaga inflasi terkendali ialah melalui sektor pariwisata. Ini terutama membangun kebijakan pariwisata yang mendukung bisnis (pro bisnis).
"Tapi akhir-akhir ini kita bisa menjaga inflasi kita jauh lebih rendah yaitu di sekitar 3,5 persen. Makanya kita rumuskan kebijakan pada sektor pariwisata," ujarnya.
Ia pun menambahkan, pemerintah harus secara maksimal membangun industri pariwisata dalam negeri. Apalagi mempercantik sektor ini untuk kemudian menghasilkan devisa ke negara.
"Bangun destinasi pariwisata itu harus secara besar-besaran. Mulai dari infrastruktur, produk-produk, hingga pertunjukan, apapun yang mau dijual dan elemen-elemen pendukungnya seperti restoran atau homestay yang levelnya di menengah ke bawah," kata dia.
Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini memutuskan 10 destinasi baru sebagai pengganti Bali. Meski begitu, kata Darmin, destinasi tersebut mesti didukung sanitasi yang memadai.
"Kita sekarang punya 10 destinasi baru di luar Bali. Tapi kalau kebersihanya tidak terpelihara dengan baik, mau ada hotel dan jalan juga turis tidak akan tentrak karena persoalan sanitasi itu," pungkasnya.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Â
Advertisement