Liputan6.com, Jakarta - Aktivis Ratna Sarumpaet sangat menyita perhatian publik akhir-akhir ini. Bagaimana tidak kebohongan soal kasus penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet, ternyata jalani operasi plastik. Kasus Ratna Sarumpaet pun berbuntut panjang.
Apalagi dirinya berupaya pergi ke Chile dan akan hadiri acara Women Playwrights Conference di Santiago. Upaya tersebut pun batal usai petugas imigrasinya meminta turun dari pesawat yang hendak mengantarnya. Ratna pun dijemput sejumlah polisi dari Polda Metro Jaya. Statusnya pun berubah dari saksi menjadi tersangka.
Meski sudah akui sebagai pembuat hoaks terbaik di Indonesia hingga mengejutkan masyarakat, Ratna Sarumpaet juga ternyata pernah kena tipu.
Advertisement
Baca Juga
Dalam status akun media sosial facebook Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti menceritakan bagaimana Ratna Sarumpaet tertipu, seperti ditulis Sabtu (6/10/2018).
Nufransa menulis, sebuah pesan singkat masuk ke ponsel pada sekitar pukul 20.00 WIB pada 17 September 2018 dari jurnalis media online. Jurnalis itu meminta tanggapan Kementerian Keuangan atas pernyataan yang menghebohkan dari Ratna Sarumpaet (RS).
"Dia (RS-red) menyatakan bahwa ada pelanggaran kekuasaan, dalam hal ini Presiden Jokowi sebagai kepala pemerintahan dan dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan melakukan pemblokiran dana swadaya Papua," tulis Nufransa yang akrab dipanggil Frans.
Kemudian ia menulis, wah ada apa ini? Disebutkan oleh RS telah datang seorang bernama Ruben PS Marey mendatangai Ratna Sarumpaet Crisis Center (RSCC). "Ruben menjelaskan bahwa dia menerima dana dari para donator untuk membangun Papua sejumlah total Rp 23,9 triliun. Dana tersebut ditransfer dari World Bank dan tersimpan dalam rekening pribadinya sejak 2016,” tulis Frans.
Ruben itu menyatakan kalau tiba-tiba dana di rekeningnya tersebut hilang dan menuduh Menteri Keuangan melakukan pemblokiran sepihak atas dananya yang disimpan dalam salah satu bank nasional di Indonesia.
"Setelah berkoordinasi dengan kolega di Kementerian Keuangan, saya memberikan jawaban yang soft karena tidak menguras energi untuk sebuah pernyataan yang menggelikan dari RS," tulis Frans.
Ia mengatakan, Kementerian Keuangan hanya mengatur kebijakan pengaturan rekening milik Kementerian/Lembaga mulai pemberian izin pembukaan rekening sampai menutup atau blokir rekening.
"Namun, kebijakan itu tidak berlaku untuk rekening atas nama pribadi/perorangan yang tidak berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran negara melalui APBN," tulis dia.
Ia mengatakan, setelah diberi tanggapan itu, selama dua hari media online tetap bahas pemblokiran itu. “Saya lalu berkoordinasi dengan pihak World Bank. Ketika ada media lain yang menanyakan, selain jawaban sama seperti di atas, saya tambahkan juga keterangan bahwa kami juga sudah bertanya, kepada pihak world bank dan mereka tidak berhubungan dengan rekening perseorangan/pribadi,” kata dia.
"Tanpa dinyana, pernyataan tersebut dibantah oleh RS. Dia mengakui punya bukti dan telah mengkonfirmasi ke pihak World Bank. Menurutnya, World Bank mengaku tak pernah mendapat telepon dari Kemenkeu. Yang lebih berani lagi, dia menyatakan sudah bicara dengan direktur World Bank yang menggantikan Ibu Sri Mulyani. Sangat menggelikan juga ketika RS menyatakan kepada wartawan bahwa pengganti Sri Mulyani adalah orang Indonesia. Padahal pengganti Sri Mulyani Indrawati di Bank Dunia adalah bukan orang Indonesia," tambah dia.
Frans menilai, ini sudah tidak masuk akal apabila diteruskan. Oleh karena itu, ia meminta World Bank untuk memberikan pernyataan untuk menyanggah RS.
"Pihak World Bank pun menyetujuinya dan dimuat oleh beberapa media online," kata dia.
Ia menulis, kalau media mencatat seperti ini:terkait dengan tuduhan yang keliru baru-baru ini bahwa Bank Dunia terlibat transaksi keuangan dengan pihak perorangan di Indonesia dengan ini Bank Dunia kantor Jakarta memberikan klarifikasi bahwa tuduhan tersebut tidak benar.
"Tanpa saya duga, RS kembali berkilah dirinya tak pernah mengatakan bahwa Rp 23 triliun itu merupakan uang dari World Bank. Dia menjelaskan World Bank hanyalah pihak yang dilapori Bank Indonesia. Secara mengejutkan, RS menyatakan uang Rp 23 triliun itu berasal dari tujuh keturunan raja-raja di Nusantara," kata Frans.
Bahkan Ratna Sarumpaet mengatakan kalau tujuh orang melapor kepadanya. Tujuh orang ini adalah keturunan raja-raja nusantara. "Ada tujuh orang yang melapor sama saya. Tujuh orang ini adalah keturunan raja-raja nusantara," ujar dia.
Frans menilai Ratna Sarumpaet sudah terpojok dan malu mengakui kesalahannya. Ini karena sudah tidak masuk akal, membuat Frans tidak lagi memperhatikan pemberitaannya. "Kepada wartawan yang masih bertanya kepada saya tentang pemblokiran rekening, saya jawab yang sama dengan sebelumnya dan ditambahkan bahwa pernyataan tidak benar dan ngawur," tulis dia.
Tak lama, berita itu berangsur hilang. Ini karena menurut dia, media mulai menyadari keanehan RS dan juga ada unsur tertipu dari orang lain.
Selanjutnya
Melihat hal itu, Frans teringat ketika tahun lalu menerima surat dari seseorang kepada Menteri Keuangan dan mengaku memiliki uang triliunan warisan dari kakeknya yang diterima Presiden Soekarno.
"Orang tersebut mengaku mau dan mampu membayar utang pemerintah Indonesia, tentu saja denga persyaratan tertentu yang menguntungkannya. Ini sama dengan kasus penipuan lainnya yang mengaku mempunyai emas atau harta karun dari zaman dahulu,” tulis dia.
Frans menilai, hal ini adalah tipu daya serupa. "RS telah tertipu oleh orang yang melapor kepadanya. Secara logika, tidak mungkin World Bank mengirim uang kepada perseorangan. Kementerian Keuangan juga tidak berhubungan dengan rekening pribadi dalam pengelolaan APBN," tulis dia.
Oleh karena itu, Frans mengingatkan untuk berhati-hati terhadap tawaran serupa yang menggiurkan seperti ini. Modusnya, menurut dia dengan akan memberikan sejumlah persentase dari uang yang tertulis dalam rekening atau dari harta karun yang tersimpan.
"Namun, sebelum dicairkan, mereka akan meminta sejumlah uang untuk mengurus ke pihak terlibat seperti Bank Indonesia, Kementerian Keuangan atau bank asing ternama,” tulis dia.
Frans menuturkan, sepertinya RS terperdaya oleh komplotan penipu. Namun, ia malu mengakuinya. "Seminggu setelah kehebohan berita tersebut, RS kembali mengguncang Indonesia, kali ini dia yang menjadi penipunya dengan pengakuan palsu telah dikeroyek sejumlah orang," ujar Nufransyah.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement