Bos IMF Cemas Perang Dagang Salah Makan Korban

Bos IMF Christine Lagarde khawatir banyak pihak tak bersalah yang terseret isu dagang yang sedang terjadi.

oleh Ilyas Istianur PradityaTommy K. Rony diperbarui 11 Okt 2018, 12:30 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2018, 12:30 WIB
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde menyimak diskusi Pemberdayaan Wanita di Dunia Kerja pada rangkaian Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Bali, Selasa (9/10/2018). (www.am2018bali.go.id)
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde menyimak diskusi Pemberdayaan Wanita di Dunia Kerja pada rangkaian Pertemuan Tahunan IMF World Bank Group 2018 di Bali, Selasa (9/10/2018). (www.am2018bali.go.id)

Liputan6.com, Bali - Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde cemas terjadinya perang dagang di dunia bisa merugikan pihak yang terlibat. Ketegangan yang terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok, dua negara dengan perekonomian terbesar dikhawatirkan menyeret negara lain.

Hal itu disampaikan Lagarde pada konferensi pers yang berlangsung di Bali dalam rangkaian Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018.

"Saya pikir pesan saya terhadap potensi ketegangan dagang dan potensi adanya ketegangan tambahan, seperti yang sudah saya bilang, akan memberi dampak negatif ke ekonomi global," ujar Lagarde, Kamis (11/10/2018).

"Dan itu dapat memberikan dampak pada penonton yang tidak bersalah, yang bukan target dari (ketegangan dagang) ini. Mereka kebetulan hanya bagian dari rantai suplai, kebetulan adalah bagian dari aliran bahan mentah yang dibutuhkan dari pihak yang bersitegang," lanjut bos IMF.

Sekali lagi, Lagarde meminta semua pihak untuk menahan diri. Menurut dia, apabila ada ketidakpuasan pada sistem dagang, maka jalan yang harusnya ditempuh adalah perbaikan, bukan pengrusakan.

"Rekomendasi saya sangat sederhana dalam tiga kata: deeskalasi, perbaiki sistem, dan jangan dirusak," tegas Lagarde.

Banyak negara, menurut Lagarde, telah mendapatkan keuntungan dari sistem dagang yang ada. "Dan sistem itu telah berfungsi dengan baik dalam perdagangan internasional," pungkasnya.

Lagarde pun menyadari masih ada kekurangan dalam sistem dagang, seperti yang terdapat dalam World Trade Organization (WTO). Oleh sebab itu, dia mengajak pihak agar bersama-sama membuat sistem perdagangan global yang lebih kuat, adil, dan berpandangan ke depan, terutama dalam mengakomodasi perkembangan teknologi.

Kutip Bahasa Bali, Bos IMF Ajak Dunia Hindari Perang Dagang

Kunjungi Paviliun Indonesia, Bos IMF Terpesona Budaya Nusantara
Managing Director IMF Christine Lagarde menyaksikan musikus memainkan sasando saat berkunjung ke Paviliun Indonesia di arena pertemuan IMF-Bank Dunia, Bali, Rabu (10/10). Christine terpesona dengan berbagai budaya Nusantara. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kesempatan yang sama, Lagarde menekankan pentingnya kerja sama internasional. Lagarde pun mengutip sebuah ungkapan Bali dalam ajakannya untuk memperkuat kerja sama internasional di bidang ekonomi. 

"Kita butuh kerja sama internasional yang lebih kuat, dan saya akan mengutip bahasa Bali lagi, dan saya janji akan menerjemahkannya: Menyama Braya," ujar Lagarde.

"Artinya adalah kita semua adalah saling bersaudara dengan satu sama lain. Jadi kita menggandeng tangan dan kita berada di perahu yang sama yang harus kita setir, bukan dibiarkan hanyut," ucap Lagarde.

Perahu yang ia maksud adalah kerja sama internasional. Lagarde khawatir akan efek tegangnya situasi perdagangan dunia. Hal itu bisa merusak sistem perdagangan yang berguna bagi banyak negara.

"Deskalasi tensi dagang, perbaiki sistem, jangan malah dirusak. Pakai policy-mix yang tepat, dan kembangkan pertumbuhan inklusif yang membutuhkan kebijakan jangka pendek dan yang lebih panjang," ucapnya sembari mendorong perbaikkan sistem agar lebih adil bagi semua pihak.

Meski Lagarde tidak menyebut nama figur tertentu, tetapi ucapannya seperti membahas manuver Presiden Donald Trump. Dalam kepresidenannya, Trump pernah mengancam untuk keluar World Trade Organization karena dianggap memiliki peraturan yang tidak adil.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya