Trump Kembali Serang The Fed

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bereaksi usai bursa saham AS atau wall street yang koreksi tajam.

oleh Agustina Melani diperbarui 11 Okt 2018, 14:05 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2018, 14:05 WIB
Presiden AS Donald Trump saat berpidato di Sidang Majelis Umum PBB 2018 di New York (25/9) (Mary Altaffer / AP PHOTO)
Presiden AS Donald Trump saat berpidato di Sidang Majelis Umum PBB 2018 di New York (25/9) (Mary Altaffer / AP PHOTO)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bereaksi usai bursa saham AS atau wall street yang koreksi tajam. Trump menilai the Federal Reserve (The Fed) atau bank sentral AS berkontribusi terhadap wall street yang tertekan.

"Saya pikir the Fed buat kesalahan. Mereka begitu ketat. Saya pikir the Fed makin gila,” ujar Trump, seperti dikutip dari laman CNBC, Kamis (11/10/2018).

Kekhawatiran meningkatnya kenaikan suku bunga mendorong indeks saham Dow Jones anjlok 800 poin pada Rabu waktu setempat. Indeks saham S&P 500 alami tekanan terburuk sejak Februari.

"Sebenarnya ini adalah koreksi yang sudah lama kami tunggu, tapi saya sangat tidak setuju dengan apa yang dilakukan Fed,” tambah Trump.

The Federal Reserve telah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2018. Sebagian besar pelaku pasar berharap the Federal Reserve akan kembali  menaikkan suku bunga sekali lagi sebelum akhir 2018. Berdasarkan survei, harapan pasar untuk kenaikan suku bunga pada Desember mencapai 76,3 persen.

Kenaikan suku bunga the Fed pada September menuai kritik dari Trump. Ia khawatir the Fed menaikkan suku bunga.

Sekretaris Gedung Putih Sarah Sanders menilai ekonomi AS tetap dalam kondisi baik meski wall street alami aksi jual tajam.

"Fundamental dan masa depan ekonomi AS tetap sangat kuat," ujar Sanders dalam keterangan resmi.

Komentar Trump pada Rabu waktu setempat usai mengatakan kalau dirinya juga tidak suka dengan langkah kebijakan moneter the Federal Reserve.

Kritik kepada the Fed jarang terjadi yang dilontarkan presiden. Presiden AS sebelum Trump sebagian besar menahan diri mengenai arah kebijakan moneter bank sentral.

Sebelumnya, Pimpinan bank sentral AS Jerome Powell menuturkan, tingkat suku bunga memiliki ruang untuk kembali naik. “Suku bunga masih akomodatif, tetapi kami secara bertahap akan berada di tempat yang netral," kata dia.

Ia juga menuturkan, kalau the Fed tidak membahas suku bunga dengan presiden.

 

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

 

Wall Street Anjlok

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot dengan indeks saham S&P 500 dan Dow Jones catatkan penurunan terbesar harian sejak 8 Februari.

Hal itu didorong investor mengalihkan aset investasi dari aset berisiko seiring kenaikan imbal hasil surat berharga AS.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones melemah 831,83 poin atau 3,15 persen ke posisi 25.598,74. Indeks saham S&P 500 tergelincir 94,66 poin atau 3,29 persen ke posisi 2.785,68. Indeks saham Nasdaq turun 315,97 poin atau 4,08 persen ke posisi 7.422,05.

Imbal hasil surat berharga AS bertenor jangka panjang menguat didorong kuatnya data ekonomi AS. Hal itu memberikan harapan kenaikan suku bunga lagi dalam 12 bulan. Investor juga khawatir ketegangan perang dagang membebani keuntungan korporasi. Ditambah badai Michael yang menambah ketidakpastian.

Wall street pun alami penurunan terbesar harian. Indeks saham Nasdaq melemah tajam sejak 24 Juni yang didorong sektor saham teknologi. Indeks saham S&P 500 melemah 3,3 persen dalam satu hari dan merosot 4,9 persen sejak 20 September saat cetak rekor tertinggi. Indeks saham kapitalisasi kecil Russell 2000 pun turun 2,9 persen.

“Bursa saham AS merosot tajam hari ini. Ini terutama efek kumulatif dari pergerakan suku bunga selama lima hari terakhir dan laporan tentang perdagangan yang berdampak pada perusahaan. Pasar mulai fokus the Federal Reserve bisa agresif menaikkan suku bunga,” ujar Ed Campbell, Manajer Portofolio Senior QMA, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 11 Oktober 2018.

Sementara itu, Mona Mahajan, Investment Strategist Allianz Global Investor mengatakan pasar berpotensi alami aksi jual 10 persen. “Pasar mencerna potensi suku bunga menguat sehingga berdampak ke ekonomi riil dalam bentuk tingkat bunga hipotek, bunga pinjaman mahasiswa, dan suku bunga. Apa yang kami lihat di sini potensi pertumbuhan lebih rendah,” ujar dia.

Ia menambahkan, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi tetap utuh, saat ini kesempatan menarik beli saham. “Pasar saham cenderung berkinerja baik dalam enam bulan usai pemilihan paruh waktu di AS,” kata dia.

Sektor saham teknologi turun 4,8 persen dengan Apple tergelincir 4,6 persen. Sektor saham jasa komunikasi, konsumsi, energi dan industri susut lebih dari tiga persen. Sektor saham energi alami penurunan terbesar seiring produksi minyak AS turun.

Indeks volatilitas CBOE (VIX) yang ukur kecemasan investor wall street naik tujuh poin atau hampir 44 persen menjadi 22,96. Ini untuk pertama kalinya terjadi sejak 11 April.

Di antara sektor saham lainnya, hanya sektor saham utilitas alami penurunan tipis 0,5 persen. Di wall street, volume perdagangan saham sekitar 9,86 miliar saham dibandingkan rata-rata 20 sesi terakhir perdagangan 7,42 miliar saham.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya