Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri coba menengahi anggapan soal penyelenggaraan annual meeting International Monetary Fund-World Bank Group (IMF-WBG) di Bali yang dinilai merugikan perekonomian Indonesia karena harus kembali menimbun utang negara.
Melalui akun Twitter @ChatibBasri, ia menceritakan kilas balik perjuangan pemerintah agar Indonesia bisa menjadi tuan rumah ajang pertemuan tahunan ini.
Advertisement
Baca Juga
"Pemerintah bersama Bank Indonesia, pemerintah mengajukan diri menjadi tuan rumah pertemuan tahunan September 2014. Prosesnya tidak mudah, bersaing dengan negara-negara lain. Indonesia dipilih menjadi tuan rumah Oktober 2015," tulis dia, Minggu (7/10/2018).
Dia melanjutkan, baru ada tiga negara di Asia Tenggara yakni Filipina, Singapura dan Thailand yang pernah menjadi tuan rumah IMF-WBG. Menurutnya, proses untuk bisa menyelenggarakan acara juga tidak mudah, karena harus melewati tahap seleksi dan banyak penilaian.
Chatib pun menangkis pernyataan bahwa negara akan kembali menambah utang akibat menggelar pertemuan yang akan dilaksanakan di Bali pada 8-14 Oktober 2018 ini.
"Ada pertanyaan apakah dengab pertemuan tahunan tujuannya untuk meminta tambahan utang? Jawabannya sama sekali tidak. Untuk meminta tambahan utang, tidak perlu jadi tuan rumah. Argentina meminta utang IMF tahun ini karena krisis. Mereka bukan tuan rumah," tulis dia.
Â
Akan Bahas Isu Terkini Dunia
Selanjutnya, ia memaparkan, dalam pertemuan ini nantinya akan dibahas mengenai situasi terkini ekonomi dunia hingga kebijakan berbagai negara untuk menyikapinya. Menurutnya, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk saling berkomunikasi dan ikut memberi masukan ide.
"Sebagai contoh, tahun 2013 ketika terjadi taper tantrum, di mana mata uang beberapa negara termasuk rupiah melemah akibat rencana Fed mengakhiri kebijakan ekspansi moneternya. Indonesia menyampaikan concern-nya ke the Fed," cuit dia.
Oleh karenanya, dia menganggap pertemuan IMF-WBG ini dapat memberikan bermacam manfaat kepada Indonesia untuk memperjuangkan ide-ide di dalam forum tersebut.
"Indonesia justru harus memanfaatkan pertemuan tahunan ini utk memasukkan agendanya. Dengan begitu Indonesia akan berperan di level global," ujar Chatib Basri.
Advertisement
Ada Pertemuan IMF-World Bank, Tingkat Okupansi Hotel di Bali Bakal Naik
Ajang Annual Meeting IMF-World Bank membawa berkah bagi pengelola hotel di Bali. Lantaran, tingkat hunian (okupansi) hotel di Pulau Dewata rata-rata lebih dari 80 persen pada Oktober 2018.
Chairman Bali Hotel Association, Ricky Putra mengatakan, pada bulan ini, okupansi hotel di Bali diperkirakan lebih dari 80 persen. Angka ini jauh lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Overall hotel okupansinya jau lebih baik dari tahun sebelumnya. Rata-rata di atas 80 persen untuk bulan ini," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (7/10/2018).
Dia mengungkapkan, hotel yang okupansinya paling tinggi yaitu yang berada tidak jauh dari lokasi pertemuan tahunan tersebut, seperti di wilayah Nusa Dua, Sawangan, Benoa, Jimbaran dan lain-lain.
Namun demikian, Ricky berharap, ajang ini tidak hanya berdampak pada bisnis hotel, tetapi juga kegiatan ekonomi lain di Bali seperti usaha kecil dan menengah (UKM) dan pariwisata.
"Event IMF-World Bank memberi impact yang sangat baik untuk ekonomi secara keseluruhan," ujar dia.