Industri Komponen Otomotif Terkendala Bahan Baku

Untuk produk baja antikarat, masih ada sejumlah jenis yang belum bisa diproduksi di dalam negeri.

oleh Septian Deny diperbarui 27 Nov 2018, 18:54 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2018, 18:54 WIB
Pabrik Baru Milik Mitsubhisi-Bekasi- Angga Yuniar-20170425
Suasana perakitan mobil di PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI), Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (25/4). Menempati luas area 30 hektar, pabrik MMKI telah mulai memproduksi Pajero Sport & small-MPV Mitsubishi.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Industri komponen otomotif dalam negeri mengaku masih menghadapi sejumlah masalah dalam kegiatan produksi. Salah satunya yaitu soal keterbatasan bahan baku dari dalam negeri.

Direktur PT Dharma Polimetal, Yosaphat Simanjuntak mengungkapkan, untuk memehuhi kebutuhan bahan baku produksi, pihaknya masih harus memenuhi impor. Tak tanggung-tanggung, porsi impor tersebut mencapai 70 persen.

"Bahan baku memang problem paten. Kami di kendaraan roda dua, untuk memproduksi knalpot itu butuh stainless steel, tapi di Indonesia belum banyak industri itu," ujar dia di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (27/11/2018).

Bahkan untuk produk baja antikarat, masih ada sejumlah jenis yang belum bisa diproduksi di dalam negeri. Hal ini lantaran spesifikasinya yang masih rumit.

"Kita punya Krakatau Steel tapi ada spesifikasi tertentu yang tidak bisa mereka produksi. Mereka juga belum kompetitif juga karena produk yang dihasilkan lebih mahal," ungkap dia.

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengakui adanya keterbatasan bahan baku di dalam negeri. Namun pihaknya mencari cara agar bahan baku bagi industri komponen bisa terpenuhi.‎

"Bagi industri kecil dan menengah (IKM) yang belum bisa mendapat izin impor, mereka bisa mendapat bahan baku dari perusahaan besar. Jadi industri besar memberikan order, sekaligus menyediakan baham baku kepada IKM. Artinya IKM di sini berperan sebagai penjual jasa," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jurus Kemenperin Tingkatkan Daya Saing IKM Komponen Otomotif

20160126-Produksi-Kijang-Inova-serta-Fortuner-Jakarta-IA
Pekerja menyelesaikan pembuatan mobil Kijang Innova pabrik Karawang 1 PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Jawa Barat, Selasa (26/1). Pabrik ini memproduksi Kijang Innova serta Fortuner mencapai 130.000 unit pertahun. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya meningkatkan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) di era industri 4.0. Salah satunya melalui kegiatan link and match IKM komponen otomotif dengan tier Agen Pemegang Merek (APM) dan industri besar.

Direktur Jenderal IKM Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengatakan kegiatan Link and Match ini merupakan langkah nyata Kemenperin dalam memperkuat peran IKM di dalam struktur industri nasional.‎ Terlebih keberadaan IKM dalam rantai pasok industri otomotif nasional menjadi bagian penting dalam perkembangan ekonomi di Indonesia. 

“Tidak hanya mampu dalam memproduksi berbagai komponen maupun aksesoris mobil dan motor dengan standar kualitas yang telah ditetapkan APM, IKM juga telah membuktikan kemampuannya dalam berinovasi dan melakukan pengembangan produk komponen yang selama ini dipenuhi oleh pasar impor," ujar dia di Jakarta, Selasa (27/11/2018).

Gati menjelaskan, nilai impor suku cadang kendaraan bermotor roda empat atau lebih pada rentang Januari-Juni 2018 adalah sebesar USD 2,06 miliar, meningkat 33 persen pada periode yang sama di 2017 yang sebesar USD 1,54 miliar.

"Kita optimis jika dilakukan lokalisasi terhadap produk-produk impor tersebut, maka ini akan menjadi peluang positif bagi IKM untuk dapat mengisinya," lanjut dia.

Kegiatan Link And Match IKM Komponen Otomotif Dengan Tier APM dan Industri Besar ini dilaksanakan dalam upaya menjembatani IKM komponen otomotif untuk dapat bertemu dengan supplier APM dan industri besar.

Tujuannya, agar IKM dapat menggali informasi mengenai potensi pasar yang dapat dijajaki di suplier APM dan industri besar.

"Selanjutnya suplier APM juga bisa mendapatkan informasi tentang potensi IKM yang dapat memasok kebutuhan industri besar dan dijadikan bagian dari supply chain, dan serta pemerintah dalam hal ini Ditjen IKM mendapat masukan terkait kebutuhan pembinaan IKM ke depan," ungkap dia.

Gati meyakini, IKM di sektor otomotif bisa naik kelas dengan terbukanya kesempatan yang diberikan oleh Tier APM untuk dapat menjadi mitra kerja yang baik.

“Semoga melalui kegiatan Link and Match Komponen Otomotif dengan Tier APM yang berlangsung pada hari ini dapat membawa kemajuan bagi perkembangan industri otomotif dalam negeri, dan khususnya didapatkan kemitraan yang saling menguntungkan antara Tier APM dengan IKM komponen otomotif menuju industri dalam negeri yang kuat dan berdaya saing," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya