Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita Indonesia sebesar USD 3.927 atau sekitar Rp 56 juta per kapita per tahun. Angka ini naik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan angka PDB per kapita Indonesia lebih rendah yakni sebesar Rp 51,9 juta pada 2017. Sedangkan pada 2016, angka PDB per kapita Indonesia juga tercatat rendah yakni sebesar Rp 47,9 juta.
Advertisement
Baca Juga
"PDB per kapita pada 2018 Rp 56 juta. Jadi total PDB dasar harga pelaku dibagi jumlah penduduk. Kalau secara dolarnya adalah USD 3.927," ujarnya di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (6/2/2019).
Suhariyanto menjelaskan angka tersebut didapatkan dari total PDB berdasarkan harga pelaku secara kumulatif selama 2018. Kemudian angka tersebut dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia di 2018.
Kenaikan PDB, kata dia, juga menjadi salah satu faktor untuk mengetahui angka pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebab, PDB ini merangkum pendapatan negara dari berbagai sektor.
Secara lebih rinici, PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu. Atau juga bisa diartikan sebagai jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
Dengan PDB per kapita sebesar Rp 56 juta, lanjut Suhariyanto, maka pada 2018 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5,17 persen. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2014 lalu.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 hanya mencapai 5,01 persen. Kemudian, untuk 2015 menurun menjadi 4,88 persen. Di 2016 menunjukan kenaikan kembali sebesar 5,03 persen, dan pada 2017 mencapai sebesar 5,07 persen.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Pemicu Ekonomi RI Hanya Tumbuh 5,17 persen pada 2018
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 mencapai 5,17 persen. Angka ini menjadi salah satu capaian tertinggi pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2014 lalu.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, angka pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya nilai ekspor dan impor.
Pada kuartal IV 2018, ekspor barang Indonesia mencapai USD 44,98 miliar atau turun 4,48 persen secara kuartal to kuartal (q to q), sementara naik 1,04 persen sepanjang tahun atau year on year (yoy).
Baca Juga
"Nilai ekspor barang Indonesia kuartal IV kurang menggembirakan," kata Kecuk sapaan akrabnya di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (6/2/2019).
Sementara, nilai impor barang Indonesia kuartal IV-2018 meningkat 0,25 persen atau senilai USD 49,85 miliar. Sepanjang 2018, impor juga naik sebesar 12,10 persen.
Kemudian, pemicu pertumbuhan ekonomi sepanjang 2018 juga terjadi karena penjualan mobil secara wholesale (penjualan sampai tingkat dealer) pada kuartal IV-2018 mencapai 294.657 unit, atau turun sebesar 2,75 persen (q to q) dan naik sebesar 9,37 persen (yoy).
"Di samping itu, penjualan sepeda motor secara wholesale (penjualan sampai tingkat dealer) pada kuartal IV-2018 mencapai 1.660.866 unit, atau turun sebesar 3,41 persen (q to q) dan naik sebesar 7,44 persen (yoy)," kata dia.
Terakhir, kata Kecuk faktor lainnya juga didorong oleh produksi semen pada kuartal IV-2018 sebesar 13,53 juta ton, atau turun 31,88 persen (q to q) dan 28,59 persen (yoy). Sedangkan penjualan semen dalam negeri pada kuartal IV/2018 sebesar 19,73 juta ton, atau naik 4,30 persen (yoy).
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement