BPS: Industri Manufaktur Besar dan Sedang Tumbuh Melambat di 2018

Ekspor barang produksi Indonesia juga melemah terhadap negara-negara lain di luar dua negara besar tersebut.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Feb 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2019, 15:00 WIB
20160126-Produksi-Kijang-Inova-serta-Fortuner-Jakarta-IA
Ilustrasi Industri Manufaktur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, mengatakan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang pada 2018 naik sebesar 4,07 persen terhadap tahun 2017. Meski demikian, pertumbuhan tersebut tergolong melambat.

"Dibandingkan 2017, industri manufaktur naik tapi agak melambat, karena beberapa hal," ujar Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Penurunan ini, kata Suhariyanto, disebabkan adanya perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Selain itu, ekspor barang produksi Indonesia juga melemah terhadap negara-negara lain di luar dua negara besar tersebut.

"Di antaranya karena perang dagang antara AS dan China. Kemudian melemahnya negara tujuan ekspor indonesia. Nah ini menjadi tantangan," kata Suhariyanto.

Pada 2017, kenaikan produksi manufaktur terdiri dari industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki, naik 18,78 persen. Sedangkan industri yang mengalami penurunan produksi terbesar adalah industri komputer, barang elektronik dan optik, turun 15,06 persen.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

BPS: Inflasi Januari 2019 Sebesar 0,32 Persen

Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto melaporkan inflasi pada Januari 2019 sebesar 0,32 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender mencapai 0,32 persen dan inflasi tahun ke tahun atau year on year sebesar 2,82 persen.

"Pada Januari 2019 inflasi 0,32 persen. Dengan angka ini berarti tingkat inflasi tahun kalender 0,32 persen. Tahun ke tahun 2,82 persen," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Suhariyanto mengatakan, inflasi tersebut masih dalam range target pemerintah. Dia juga mengatakan, capaian tersebut merupakan salah satu pencapaian yang bagus di awal tahun.

"Sebuah capaian yang bagus diawal tahun. Capaian 0,32 persen, penyebab utamanya harga ikan dan beberapa sayuran," jelasnya.

Suhariyanto melanjutkan, dari 82 kota IHK yang dilakukan pemantauan pada Januari 2019, sebanyak 73 kota mengalami inflasi. Sedangkan 9 kota lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 1,23 persen, sedangkan terendah yaitu Pematang Siantar sebesar 0,01 persen. Sementara untuk deflasi tertinggi dialami Tual sebesar -0,87 persen dan deflasi terendah di Merauke sebesar -0,01 persen.

Reporter: Anggun P. Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya