Nabung Bitcoin, Uang Rp 5,9 Miliar Melayang

Simpanan bitcoin tak bisa diakses karena pemegang password aset kripto di QuadrigaCX meninggal dunia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 12 Feb 2019, 19:00 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2019, 19:00 WIB
Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin (iStockPhoto)

Liputan6.com, Toronto - Dunia bitcoin terguncang akibat kabar kematian salah seorang tokohnya, Gerald Cotten. CEO dari dompet kripto digital QuadrigaCX itu meninggal dunia ketika mengunjungi India.

Kepergiannya Cotten turut membawa password aset kripto milik klien. Bloomberg menaksir jumlah aset senilai USD 200 juta atau Rp 2,8 triliun (USD 1 = Rp 14.045). Pasalnya, Cotten satu-satunya yang memiliki password yang dapat mengakses aset kripto di QuadrigaCX.

Di antara para korbannya adalah Tong Zhou, seorang software engineer berusia 30 tahun yang kehilangan tabungan hidupnya senilai USD 422 ribu (Rp 5,9 miliar) dalam bentuk bitcoin.

"Itu adalah seluruh tabunganku, jadi aku hanya bertahan hidup dengan apa yang sedikit tersisa dan mencoba mulai kembali," ujarnya seperti dikutip Bloomberg.

Zou hanyalah satu dari total 115 ribu klien QuadrigaCX yang asetnya tak bisa diambil akibat kasus ini. Uang itu awalnya ingin ia pakai sebagai dana pindahan dari Amerika Serikat (AS) agar bisa kembali tinggal di Kanada. Ia pindah ke San Fransisco setelah lulus kuliah di Universitas Toronto pada tahun 2011.

QuadrigaCX adalah startup kripto asal Kanada dan menerima simpanan uang kripto sepert Bitcoin, Litcoin, dan Ether. CEO perusahaan wafat di India pada 9 Desember 2018 karena komplikasi penyakit Crohn.

Janda dari Gerald Cotten menyebut mendiang suaminya sangat ketat perihal keamanan aset kripto. Ia disebut mengenkripsi laptop, USB, dan email miliknya. Urusan perbankan dan pembukuan QuadrigaCX juga ditangani langsung oleh Cotten agar tidak kena hack.

Kasus ini pun sudah masuk ke ranah hukum dan Mahkamah Konstitusi Nova Scotia memberi waktu 30 hari kepada QuadrigaCX untuk mendapatkan akses ke aset kripto yang terkunci itu.

Ini Alasan Bitcoin Lebih Terkenal Ketimbang Mata Uang Kripto Lain

Bitcoin
Bitcoin

Bisnis pertukaran mata uang kripto mulai berkembang lebih luas di Indonesia. Bicara tentang mata uang kripto, orang biasanya langsung mengarah pada Bitcoin.

Padahal, Bitcoin hanya satu dari sekian banyak mata uang kripto yang ada di dunia. Bahkan, bursa penukaran mata uang kripto asal Korea Selatan, Upbit, yang baru masuk Indonesia menerima jual beli aset kripto untuk lebih dari 150 mata uang kripto. 

Namun, kenapa hanya Bitcoin yang paling terkenal? Resna Raniadi, Kepala Pengembangan Bisnis Upbit Indonesia mengatakan, Bitcoin lebih populer karena eksposur banyak pihak terhadap mata yang tersebut.

"Yang membuat posisi Bitcoin bagus adalah, karena dia sudah lebih dahulu dikenal oleh konsumen dan lebih banyak mendapatkan eksposur dari media (ketimbang mata uang kripto lainnya)," kata Resna usai peluncuran Upbit di Indonesia, 29 Januari 2019.

Dia mengatakan, karena sudah dikenal luas pula, harga Bitcoin menjadi konstan dan relatif tinggi dibandingkan mata uang kripto lainnya.

"Orang ngomong kripto sama dengan Bitcoin, padahal aset kripto itu banyak, karena sudah diketahui konsumen," ujarnya. 

Untuk itu, pemain crypto-exchanger di Indonesia memiliki tugas untuk melakukan edukasi ke konsumen aset kripto bukan hanya Bitcoin. Beberapa di antaranya adalah Ethereum, Ripple, Bitcoin Cash, Ethereum Classic, Litecoin, dan lain-lain.

"PR-nya banyak, karena itu edukasi harus dijalankan. Edukasinya sesimple buat event mengenai blockchain, mengenai aset kripto, jadi konsumen langsung experience. Bisa juga untuk milenial masuk ke kampus-kampus, pelan-pelan memberitahu kripto ini bukan hanya Bitcoin," katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya