Liputan6.com, Jakarta Impor pangan dikatakan akan menjadi salah satu senjata yang akan digunakan Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto untuk mengkritisi Joko Widodo (Jokowi) sebagai Capres Petahana.
Pengamat Pertanian Dwi Andreas Santosa mengatakan, selama masa pemerintahan Jokowi, impor pangan memang mengalami peningkatan yang signifikan. Salah satunya komoditas beras.
Advertisement
Baca Juga
Dia menyebutkan, pada masa pemerintah sebelumnya, rata-rata impor beras sebanyak 0,9 juta ton per tahun. Sementara pada masa Jokowi, rata-rata impor beras sebesar 1,2 juta ton per tahun.
"Impor beras saja, pada masa pemerintahan sebelumnya rata-rata 0,9 juta ton per tahun. Dan pada masa periode sekarang dari 2015-2018 itu 1,2 juta ton per tahun. Kan berarti ada peningkatan impor beras," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Minggu (17/2/2019).
Selain itu, untuk 21 komoditas pangan, juga mengalami kenaikan yang cukup besar. Dalam empat tahun terakhir, untuk 21 komoditas pangan tersebut mengalami kenaikan sebanyak 4 juta ton.
"Lalu bagaimana peningkatan pangan keseluruhan? Peningkatan total impor 21 komoditas subsektor tanaman pangan terus mengalami peningkatan. Kalau 2014 18,2 juta ton, di tahun 2018, 22 juta ton. Jadi mengalami peningkatan yang sangat signifikan hampir 4 juta ton selama 4 tahun terakhir," kata dia.
Sementara jika lebih difokuskan pada tujuh komoditas pangan utama, seperti beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu dan bawang putih, juga mengalami kenaikan hingga 5,6 juta ton.
"Bahkan kalau diperkecil yaitu pangan yang impornya sangat besar di atas 200 ribu ton per tahunnya, itu peningkatannya lebih banyak. Di 2014 itu 21,7 juta ton, di 2018 itu 27,3 juta ton. Meningkat 5,6 juta ton untuk 7 komoditas utama, seperti beras, jagung, gandum, kedelai, gula tebu, ubi kayu dan bawang putih," tandas dia.