OPEC Tetap Pangkas Produksi, Harga Minyak Melambung

Harga minyak naik lebih dari 1 persen terangkat dipicu sinyal OPEC dan sekutunya bakal tetap memangkas produksi.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 12 Mar 2019, 06:15 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2019, 06:15 WIB
lustrasi harga minyak
lustrasi harga minyak (iStockPhoto)

Liputan6.com, New York - Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada hari Senin (Selasa pagi WIB) terangkat oleh komentar dari Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih yang menilai penghentian pemangkasan pasokan yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak mungkin dilakukan sebelum Juni 2019.

Pernyataan al-Falih tersebut membuat pelaku pasar yakin kalau OPEC masih akan terus mempertahankan tingkat produksi minyak pada level yang telah disepakati pada Desember 2018.

Dilansir dari Reuters, Selasa (12/3/2019), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 84 sen atau 1,28 persen menjadi USD 66,58 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 72 sen atau 1,28 persen menjadi USD 56,79 per barel.

Falih mengatakan kepada Reuters pada hari Minggu bahwa akan terlalu dini untuk mengubah pakta pembatasan produksi yang disetujui oleh OPEC dan sekutu termasuk Rusia sebelum pertemuan kelompok itu pada Juni.

"Saudi terus mengambil pendekatan proaktif untuk mendapatkan penawaran dan permintaan dalam keseimbangan yang lebih baik," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Sepanjang tahun ini, pasar minyak telah didukung kebijakan pengurangan pasokan yang sedang berlangsung oleh kelompok yang disebut OPEC +, yang telah berjanji untuk memotong 1,2 juta barel per hari (bph) dalam pasokan minyak mentah sejak awal tahun untuk menopang harga.

Kelompok ini akan bertemu pada 17-18 April, dengan pertemuan lain dijadwalkan 25-26 Juni, untuk membahas kebijakan pasokan.

OPEC diperkirakan akan meninjau permintaan minyak dunia dan keseimbangan pasokan karena kelompok itu mempertahankan pengurangan produksi selama pertemuan April, kata seorang pejabat senior minyak Teluk, Senin.

"Kami ingin melihat stok komersial turun," kata pejabat itu di sela-sela konferensi energi CERAWeek IHS Markit.

Pejabat itu menambahkan bahwa stok minyak mentah dan produk minyak global harus turun kembali ke rata-rata lima tahun, target yang telah ditetapkan OPEC untuk mengurangi kelebihan minyak global.

Selain itu, seorang pejabat Saudi mengatakan negara itu berencana mengurangi ekspor minyak mentah pada April menjadi di bawah 7 juta barel per hari.

 

Stok Minyak AS

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Harga minyak juga didukung oleh laporan mingguan terakhir perusahaan jasa energi AS Baker Hughes yang menunjukkan jumlah rig pengeboran untuk produksi minyak baru di Amerika Serikat turun sembilan unit menjadi 834.r

Tetapi Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris mengatakan dalam sebuah pandangan pada hari Senin bahwa produksi minyak mentah di Amerika Serikat akan naik hampir 2,8 juta barel per hari menjadi 13,7 juta barel per hari pada tahun 2024 dari sekitar 11 juta barel per hari pada tahun 2018.

Produksi minyak AS dapat menjadi kurang responsif terhadap harga minyak mentah karena perusahaan-perusahaan minyak besar memperluas operasi di ladang serpih nasional, kata para pejabat IEA pada konferensi energi CERAWeek di Houston pada Senin.

Pasar tertekan setelah data ketenagakerjaan AS pada hari Jumat mengangkat kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi di Asia dan Eropa berimbas ke Amerika Serikat.

“Harga Brent telah berjuang untuk mendorong dengan kuat di atas USD 65 per barel sebagian karena dolar AS yang kuat tetap menjadi angin segar utama untuk harga komoditas. Selain itu, pertumbuhan PDB global telah lunak dan permintaan minyak belum naik secara musiman, "kata Bank of America Merrill Lynch dalam sebuah laporan.

Tetapi mengutip pemotongan OPEC + dan rendahnya stok global, bank memperkirakan harga minyak Brent akan mencapai USD 70 per barel tahun ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya