Benarkah Indonesia Tengah Alami Deindustrialisasi?

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia mengalami penurunan porsi manufaktur terhadap PDB.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Apr 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2019, 10:00 WIB
Pabrik Baru Milik Mitsubhisi-Bekasi- Angga Yuniar-20170425
Suasana perakitan mobil di PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKI), Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (25/4). Menempati luas area 30 hektar, pabrik MMKI telah mulai memproduksi Pajero Sport & small-MPV Mitsubishi.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto menyebut Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi. Hal ini ditandai dengan banyak produk impor masuk ke dalam negeri.

Apakah deindustrialisasi tersebut memang tengah melanda Indonesia saat ini?

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Izzudin Al Farras mengatakan, deindustrialisasi memang tengah terjadi di Indonesia. Deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia bahkan dia sebut terjadi lebih cepat dibanding negara ASEAN lainnya.

"Meski deindustrialisasi dan transformasi struktural ekonomi merupakan fenomena alamiah dan terjadi secara global, namun demikian deindustrialisasi di Indonesia terjadi cepat (deindustrialisasi dini)," ujar dia di Jakarta, Minggu (14/4/2019).

Dalam 10 tahun terakhir, lanjut dia, Indonesia mengalami penurunan porsi manufaktur terhadap PDB sebesar 7 persen. Padahal negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia, penurunan porsi manufakturnya terhadap PDB tidak lebih dari 4 persen.

Menurut Izzudin, deindustrialisasi yang terjadi di Indonesia berdampak ke beberapa hal. Salah satunya turunnya penerimaan perpajakan, padahal manufaktur menjadi sektor tertinggi dalam menyumbang pajak dengan kontribusi sebesar 30 persen.‎

Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar membantah hal tersebut. Ia mengatakan bahwa pihak yang menyebutkan bahwa Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi merupakan orang-orang yang tidak mengerti industri.

Menurutnya, gejala dari deindustrialisasi adalah kontribusi industri terhadap PDB sangat rendah yang juga bisa diartikan menurun drastis.

"Ini sekarang kan masih cukup tinggi. Memang secara persentase agak turun, tetapi kan ekonomi sudah tumbuh, investasi jalan," jelas dia kepada Liputan6.com.

Selain itu, deindusutrialisasi juga jika dilihat dari sisi tenaga kerja mengalami penurunan. Hal ini tidak terjadi saat ini justru kebalikannya setiap tahun Indonesia masih membutuhkan tenaga kerja yang besar.

"Dengan dua hal itu, tidak terbukti deindustrialisasi," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Prabowo Sebut Indonesia Tengah Alami Deindustrialisasi

Gaya Pasangan Capres-Cawapres Saat Adu Gagasan di Debat Pilpres
Capres dan Cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berbincang saat mengikuti Debat Pilpres 2019 kelima di Jakarta, Sabtu (13/4). Debat kelima merupakan debat terakhir yang mengambil tema Ekonomi, Kesejahteraan Sosial, Keuangan dan Investasi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Untuk diketahui, dalam debat capres pamungkas yang digelar di Hotel Sultan, Sabtu kemarin, Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menilai, ekonomi Indonesia saat ini berjalan di arah yang salah. Menurut Prabowo, jika kondisi ini diteruskan maka tidak mungkin membawa kesejateraan bagi bangsa.

Prabowo juga menyebut, Indonesia mengalami kondisi deindustrialisasi. Ini berbeda dari negara lain.

"Terjadi deindustrialisasi, kalau negara lain industrialisasi, kita justru deindustrialisasi. Kita sekarang enggak produksi apa-apa. Kita hanya bisa menerima bahan produksi dari bangsa-bangsa lain. Ini keliru dan harus kita ubah," ujar Prabowo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya