Donald Trump Ingin Boeing Ganti Nama 737 MAX

Presiden Donald Trump menyebut Boeing perlu ganti nama 737 Max yang citranya memburuk.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 16 Apr 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2019, 08:00 WIB
Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara AS Melania Trump di Air Force One di USAF Joint Base Pearl Harbor Hickam, Hawaii pada 4 November 2017, jelang keberangkatan menuju Tokyo, Jepang (Andrew Harnik/Jepang)
Presiden AS Donald Trump dan Ibu Negara AS Melania Trump di Air Force One di USAF Joint Base Pearl Harbor Hickam, Hawaii pada 4 November 2017, jelang keberangkatan menuju Tokyo, Jepang (Andrew Harnik/Jepang)

Liputan6.com, Washington D.C. - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyerukan Boeing agar mengganti nama 737 MAX. Pasalnya, citra pesawat itu sedang sangat tergerus.

Ini Trump lontarkan lewat akun Twitternya. Ia menilai rebranding pesawat dan memberikan fitur tambahan dapat memperbaiki kondisi Boeing.

"Jika saya adalah Boeing, saya akan memperbaiki Boeing 737 MAX, tambah beberapa fitur yang baru, dan rebrand pesawat dengan sebuah nama baru, tambahkan beberapa fitur luar biasa, dan REBRAND pesawat itu dengan sebuah nama baru." ujar Trump.

Dalam twitnya, Trump berkata tidak ada produk yang sedang menderita seperti Boeing 737 MAX. Ia pun berlagak rendah hati dengan menyebut tidak memahami branding.

"Apalah yang saya ketahui tentang branding, mungkin tidak ada (tetapi saya berhasil menjadi presiden!)," ujar Trump.

Presiden Donald Trump sudah resmi melarang penerbangan Boeing 737 Max di negaranya. Ketika Trump mengumumkan hal itu, ia menyuruh agar pesawat yang sedang terbang langsung dicekal begitu mendarat.

"Boeing adalah perusahaan luar biasa. Mereka saat ini bekerja sangat, sangat keras. Dan harapannya mereka akan segera memberi jawaban, tapi sebelum itu pesawat akan dikandangkan" ujar Trump pada Maret lalu.

Boeing Pangkas Produksi 737 MAX

Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)

Boeing mengumumkan akan mengurangi produksi bulanan pesawat 737 MAX. Keputusan ini diambil agar perusahaan dapat fokus pada sertifikasi software pesawat mereka. Langkah ini juga tak terlepas dari fakta bahwa berbagai negara sedang mencekal pesawat itu.

Boeing mengakui keputusan ini terkait insiden jatuhnya pesawat Boeing di Indonesia dan Etiopia. Boeing berkata ada malfungsi pada sistem manuver pesawat (Maneuvering Characteristics Augmentation System, MCAS), dan mereka sedang berusaha memperbarui sistem tersebut. 

Selain itu, Boeing sedang menyempurnakan kursus pelatihan terbaru mereka untuk para pilot. Sebelumnya, sejumlah pilot mengeluhkan kurangnya edukasi seputar pesawat Boeing 737 MAX.

"Kami telah memutuskan untuk secara sementara mengalihkan tingkat produksi 52 pesawat per bulan menjadi 42 per bulan dimulai pada pertengahan April," ujar CEO Boeing Dennis Muilenburg dalam pernyataan resminya seperti dikutip situs resmi perusahaan. Angka pengurangan tersebut kurang lebih sekitar 20 persen.

Dia menyebut Boeing juga berkoordinasi secara langsung dengan konsumen agar perubahan produksi ini tidak memberi disrupsi besar dalam hal operasional dan keuangan.

Dennis juga meminta agar dewan direksi Boeing untuk membuat sebuah komite yang bertugas meninjau kebijakan perusahaan dan proses pembuatan pesawat. Selain itu, komite juga memastikan level keselamatan tertinggi pada 737 MAX dan memberikan rekomendasi kebijakan.

"Keselamatan adalah tanggung jawab kami, dan kami mengembangnnya. Ketika MAX kembali ke langit, kami berjanji pada pelanggan maskapai kami dan penumpang mereka dan kru bahwa pesawat memiliki keselamatan selayaknya yang dimiliki pesawat terbang," ujar CEO Boeing.

Boeing Belum Setujui Keinginan Garuda Indonesia soal Pesawat 737 Max 8

20160412-pesawat terbang
Ilustrasi pesawat terbang lepas landas dari bandara.

Maskapai penerbangan Garuda Indonesia meminta pembatalan dan penggantian pembelian 49 unit pesawat Boeing 737 Max 8. Namun, keinginan Garuda Indonesia ini masih dalam perusahaan manufaktur pesawat asal Amerika Serikat, Boeing.

"Mereka masih harus diskusi internal," kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Ari Askhara, seperti dikutip dari Antara, Jumat, 29 Maret 2019. 

Namun, Ari mengatakan Boeing terbuka dengan usulan tersebut. Sebab, dia beralasan kepercayaan penumpang Indonesia telah hilang atas pesawat jenis tersebut. "Tapi prinsipnya mereka terbuka dengan ide tersebut," jelas dia.

Untuk itu, lanjut dia, akan ada pertemuan lanjutan pada April 2019 mendatang.

"Boeing juga mengerti posisi Garuda dan akan mempelajari kemungkinan untuk merestrukturisasi kontrak yang berlaku dan bekerja sama dan memberikan dukungan penuh kepada Garuda untuk memenuhi kebutuhan Garuda ke depannya, mengingat Garuda adalah maskapai nasional dan pelanggan kunci untuk Boeing," kata Ari.

Ari menambahkan dari sisi teknis Boeing sudah melakukan perbaikan atas sistem Manuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) dan masih menunggu persetujuan dari otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat atau Federal Aviation Administration dan laporan akhir atas kecelakaan Ethiopian Air dan Lion Air.

"Dari Garuda kami masih percaya terhadap brand Boeing, tapi kami sudah tidak percaya lagi dengan produk Max-8 khususnya karena masyarakat yang notabene pelanggan kami sudah kehilangan kepercayaan terhadap produk itu," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya