Ekonomi RI Harus di Atas 5 Persen di Bawah Kepemimpinan Presiden Terpilih

Selain masalah kuantitas pertumbuhan ekonomi, dari sisi kualitas juga perlu diperbaiki.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 17 Apr 2019, 18:30 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2019, 18:30 WIB
Prediksi BI Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah menjalani pemilihan Umum Presiden. Banyak tugas yang diemban oleh presiden terpilih nantinya, terutama dalam bidang ekonomi.

Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bima Yudhistira mengatakan, presiden terpilih nanti harus mampu membawa ekonomi Indonesia di atas 5 persen.

"Presiden terpilih harus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan produktifitas ekonomi. Pertumbuhan ekonomi bisa naik di angka 6 persen, jadi harus keluar dari jebakan 5 persen," kata Bima kepada Liputan6.com, Rabu (17/4/2019).

Dipaparkannya, rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dua dasawarsa ini [20 tahun (2000-2018)] sebesar 5,27 persen yoy. Realisasi laju pertumbuhan ekonomi selama era reformasi ini belum mampu menyamai capaian era Orde Baru.

"Jika pertumbuhan lima persenan yang sudah terjadi dalam 6 tahun ini tidak segera diakselerasi, maka akan sulit bagi Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap) sehingga Indonesia bisa menjadi negara maju," tambah Bima.

Di sisi lain, mengingat perekonomian Indonesia ‘cepat panas’ atau overheating, maka target-target akselerasi pertumbuhan ekonomi harus tetap mempertimbangkan aspek stabilitas.

Selain masalah kuantitas pertumbuhan ekonomi, dari sisi kualitas juga perlu diperbaiki.

"Dukungan anggaran negara meningkat, kebijakan stimulus perekonomian tidak kekurangan, posisi sebagai negara layak investasi diperoleh (investment grade), namun sayangnya kesemuanya itu belum cukup untuk menjawab tantangan peningkatan angkatan kerja, menurunkan kemiskinan secara lebih signifikan, serta mengurangi ketimpangan," pungkas dia.

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

Harapan Pedagang Pasar Induk Cipinang Terhadap Presiden Baru

Harga Beras di Pasar Induk Cipinang
Seorang kuli angkut menurunkan beras dari atas truk di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Senin (25/9). Pedagang beras Cipinang sudah menerapkan dan menyediakan beras medium dan beras premium sesuai harga eceran tertinggi (HET). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Masyarakat Indonesia hari ini melakukan pesta demokrasi di Pilpres 2019. Berbagi harapan mencuat dari kalangan pedagang pasar tradisional, salah satunya pedagang di Pasar Induk Cipinang.

Lusiana (29), pedagang sembako di area Pasar Induk Cipinang berharap presiden baru bisa stabilkan harga bahan-bahan pokok.

"Semoga nanti presiden baru bisa bikin harga-harga murah, soalnya sekarang harga bahan nggak bisa diprediksi. Yah, ibu rumah tangga, maklum," ujarnya sembari tertawa pada Liputan6.com, Rabu (17/4/2019).

Lain halnya dengan Maman Hermawan (37). Dirinya menyatakan presiden baru harus bisa memahami kebutuhan dan keinginan rakyat kecil.

"Yang penting dengerin keluhan kami sebagai rakyat kecil, jangan fokus ke orang-orang elit saja. Kita sudah nyoblos, kita berharap semua masyarakat Indonesia sejahtera," ujarnya.

Pemilihan presiden periode 2019-2024 dilakukan serentak bersamaan dengan pemilihan anggota DPR dan DPRD. Antusiasme masyarakat warga di sekitar Pasar Induk Cipinang sangat besar untuk memilih, terlihat dari minimnya aktivitas jual beli di pasar dan ramainya TPS di sana.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya