Liputan6.com, Jakarta - Maskapai Garuda Indonesia mengaku sambut baik wacana penyatuan atau holding company enam perusahaan di bidang udara di Indonesia. Meski masih wacana, Garuda Indonesia mengaku percaya kepada Kementerian BUMN dibalik adanya rencana penyatuan perusahaan di bidang udara itu.
"Kami percaya, dari awal itu tujuannya tidak untuk melemahkan, melainkan masing-masing saling menguatkan," kata Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Fuad Rizam, di Kantor Garuda Indonesia, Bandara Internasional Soekarno Hatta (Soetta), Kota Tangerang, Rabu (24/4/2019).
Sebab, hal tersebut saat ini tengah melewati proses yang panjang dan tidak terbilang singkat. Antara perusahaan di bidang udara, seperti PT Survai Udara Penas diwacanakan akan membawahi beberapa BUMN yang bergerak di bidang transportasi udara. Juga dengan perusahaan BUMN lainnya, selain Garuda Indonesia, adapula didalamnya Angkasa Pura I dan II, Airnav dan PT Pelita.
Advertisement
Menurut Fuad, perusahaan-perusahaan ini bersama Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan, juga berkonsultasi dengan unsur kementerian lain. Seperti kepada Sekretariat Negara (Sekneg). "Yang pasti, hingga saat ini proses masih berjalan," kata Fuad memastikan.
Meski isu rencana holding ini terus bergulir, Fuad mengaku, Garuda Indonesia tetap kompak dalam mengambil sikap. "Kami dari sisi Garuda Indonesia, managemen dan serikat, mendukung dan tidak keberatan," ujar Fuad.
Dukungan Serikat Pekerja
Sikap tersebut juga ditunjukkan perwakilan Serikat Karyawan Garuda atau Sekarga serta Asosiasi Pilot Garuda (APG), yang memberikan pernyataan dukungan terhadap direksi. Ahmad Irfan selaku Ketua Sekarga membacakan bentuk dukungan tersebut.
"Kami merasa perlu menginformasikan kondisi perusahaan yang sudah mengalami perbaikan sebagai dampak terciptanya hubungan sosial yang harmonis, antara serikat karyawan dan manajemen," katanya dalam pembukaan orasi yang disaksikan Direktur Utama Garuda Indonesia.
Menurutnya, ada beberapa indikator yang menunjang. Pertamanya, berhasilnya direksi memperoleh laba pada kuartal pertama 2019. Lalu, terjadi perbaikan kinerja dari sebelumnya yang terjadi secara signifikan. Ontime performance atau OTP sekitar 86 persen sedangkan departure sekitar 92 persen.
"Dan yang paling penting lagi adalah sentimeten positif dari pasar, sehingga harga saham Garuda meningkat," kata Irfan.
Dari sebelumnya September 2018 sekitar 220 rupiah perlembar, kini menjadi pada kisaran 500 rupiah pada hari ini. Dan ini, lanjutnya, menjadi nilai tertinggi pada pergerakan sejarah Garuda Indonesia.
"Melihat hal tersebut, kami serikat karyawan garuda Indonesia, APG dan GCC, Awak kabin bahu membahu bekerja sama bersinergi dengan manajemen untuk menjadikan Garuda Indonesia lebih baik lagi," pungkasnya. (Pramita Tristiawati)
Advertisement