Strategi Pemerintah Geliatkan Industri Makanan Anak

Pemerintah telah menyediakan sejumlah fasilitas untuk membantu kelancaran usaha pelaku industri di Indonesia termasuk industri mainan anak.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Mei 2019, 17:30 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2019, 17:30 WIB
Libur Lebaran, Anak-Anak Serbu Toko Mainan
Suasana saat warga memilih mainan yang dijual di Pasar Gembrong, Jakarta, Selasa (19/6). Libur Lebaran dimanfaatkan sejumlah anak-anak untuk berburu mainan di Pasar Gembrong. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Gati Wibawaningsih mengatakan, Pemerintah telah menyediakan sejumlah fasilitas untuk membantu kelancaran usaha pelaku industri di Indonesia termasuk industri mainan anak. Salah satunya dengan menanggung bea masuk untuk bahan baku industri .

Pemerintah, melalui Kementerian Keuangan, telah menyediakan fasilitas BMDTP (Bea Masuk Ditanggung Pemerintah).

Melalui fasilitas ini impor bahan baku yang tidak dapat diproduksi dalam negeri bakal ditanggung pemerintah.

"Silakan ajukan. Tahun ini kami dapat alokasi Rp 3 miliar di Tahun 2019. Kalau misalnya ini dipenuhi, bisa terealisasi semua tahun depan kita bisa minta," kata dia, saat meresmikan pabrik mainan anak PT Megah Plastik, di Tangerang, Selasa (7/5/2019).

"Ini bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian. Kami menyambut baik, tapi saya butuh 'peluru', apa yang dibutuhkan teman-teman industri," lanjut Gati.

Jumlah Rp 3 miliar tersebut akan diberikan kepada pelaku industri mainan anak dan kaca mata.

"Jadi teman-teman tidak perlu bayar bea masuk. Bukan hanya ekspor saja tapi kebutuhan dalam negeri juga ditanggung. Kami yang memberikan rekomendasi kepada Kementerian Keuangan untuk Pemerintah menanggung bea masuk," ungkapnya.

"Diajukan pada kami, ada form-nya, apa saja yang bisa kami fasilitasi. Itu ada semua. Prosedur nggak rumit kok," imbuhnya.

Dia pun menegaskan perhatian pemerintah pada pengembangan industri pendukung bagi industri mainan anak. Saat ini industri pendukung memang belum berkembang.

"Soal menarik investor untuk investasi di Industri pendukung saya sangat mengharapkan investor masuk. Penting ini kerja sama industri dengan pemerintah. Karena pelaku usaha kan tahu, siapa yang mau diajak ke sini dan mereka sudah kenal," ujar dia.

Dia mengakui, saat ini bahan pendukung yang dibutuhkan industri mainan anak adalah logam.

"Urgensi yang jelas yang logam. Karena kebutuhan banyak. Logamnya beda dengan yang dibutuhkan Industri elektronik. Beda dengan yang dibutuhkan Industri otomotif. Lebih spesifik, itu yang harus ditarik ke dalam negeri," ujar Gati.

Pemerintah kata dia, telah menyediakan fasilitas bagi investor luar negeri yang berniat masuk ke Indonesia. Salah satunya pembebasan bea masuk impor mesin dan peralatan yang akan digunakan untuk membangun pabrik di Indonesia.

"Nanti dibicarakan apa yang bisa dilakukan pemerintah. Yang jelas untuk invetasi yang baru masuk untuk fasilitas mesin dan peralatannya pertama bisa ditanggung pemerintah. Jadi impor mesin-mesin untuk investasi baru yang PMA, tidak ada bea masuknya," tandasnya.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Serap Aspirasi Pengusaha, Dirjen IKM Sambangi Industri Mainan

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Gati Wibawaningsih berkunjung ke pabrik mainan anak, PT Sinar Harapan Plastik (PT SHP) di Jakarta Barat. Dok Merdeka.com/Wilfridus Setu Umbu
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Gati Wibawaningsih berkunjung ke pabrik mainan anak, PT Sinar Harapan Plastik (PT SHP) di Jakarta Barat. Dok Merdeka.com/Wilfridus Setu Umbu

Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Gati Wibawaningsih berkunjung ke pabrik mainan anak, PT Sinar Harapan Plastik (PT SHP) di Jakarta Barat. Kunjungan kerja ini merupakan sebagai agenda rutin untuk mengetahui kondisi di lapangan, yang kali ini industri mainan.

Melalui kunjungan ini, dia mengaku dapat melihat secara langsung kondisi industri mainan anak. Selain itu, dapat menyerap aspirasi para pelaku usaha secara langsung.

"Saya kan nggak tahu (kebutuhan industri). Yang tahu kan pelaku-pelaku Industri. Makanya saya datang. Butuhnya apa, nanti saya akan bikin list," kata Gati, di Jakarta, Selasa, 7 Mei 2019.

Sebagai informasi, PT Sinar Harapan Plastik, merupakan produsen mainan anak dengan merek 'SHP Toys' untuk pasar dalam negeri. Sementara untuk untuk pasar luar negeri, merek yang digunakan yaitu 'Winny Will'.

Produk yang dihasilkan antara lain, mobil-mobilan dan sepeda mainan tunggang berbahan baku plastik atau sering disebut dengan plastic injection. Kapasitas produksi PT SHP saat ini mencapai sekitar 120.000 pcs/bulan dan menyerap tenaga kerja sekitar 500 orang yang sebagian besar lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Gati mengatakan, pihaknya cukup puas dengan kinerja yang dicatatkan industri. Saat ini 20 persen dari total produk mainan PT SHP sudah dipasarkan ke luar negeri alias diekspor. Sisanya 80 persen, untuk memenuhi permintaan dalam negeri.

"Ekspor baru 20 persen. Ini berarti demand dalam negeri bagus. Kami sih bukan semata mendorong ekspor. Tapi industri ini bisa berjalan baik. Makanya saya datang ke sini, kalau bisa ekspor, ya silakan," dia menandaskan.

 

Industri Mainan Diprediksi Tumbuh 10 Persen Tahun Ini

Anak main di lantai (iStock)
Ilustrasi anak bermain di lantai (iStockphoto)

Sebelumnya, industri mainan dalam negeri diprediksi tumbuh sebesar 10 persen secara di 2019. Terlebih, potensi bisnis mainan di Tanah Air cukup prospektif.

Ketua Asosiasi Mainan Anak (AMI) Sutjiadi Lukas mengatakan, saat ini Indonesia merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di kawasan ASEAN. Hal ini menjadi pasar yang sangat menjanjikan bagi industri mainan dalam negeri.

“Dengan angka kelahiran rata-rata 4,5 juta jiwa per tahun, Indonesia dapat menjadi pasar terbesar se-Asia Tenggara,” ujar dia dikutip dari keterangan tertulis di Jakarta, Selasa, 23 April 2019.

Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik, lanjut, Sutjiadi, AMI pun menggenjot industri mainan nasional agar semakin agresif mempeluas pasar ekspor. Tutupnya beberapa pabrik mainan di Vietnam membuat peluang industri mainan di Indonesia kelimpahan pesanan.

“Kemungkinan, pasar mainan akan lebih tancap gas mulai kuartal kedua setelah Pemilu,” kata dia.

Pada tahun lalu, AMI telah meneken nota kesepakatan (MoU) dengan Chaiyu Exhibition berkenaan dengan kerja sama antara pengusaha Indonesia dan China. Dengan kolaborasi ini, diharapkan perusahaan mainan asal China berinvestasi membangun pabrik di Indonesia, terutama untuk memproduksi komponen seperti gear box, baut dan keypad.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan, industri mainan mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

Ini tercermin dari capaian nilai ekspor mainan anak-anak pada 2018 yang menembus hingga USD 319,93 juta atau naik 5,79 persen dibanding perolehan periode sebelumnya sebesar USD 302,42 juta.

“Industri mainan nasional telah menunjukkan daya saingnya di kancah global. Hal ini sekaligus mampu membuktikan bahwa Indonesia termasuk dalam negara-negara produsen utama untuk beberapa produk mainan unggulan yang telah mendunia,” ungkap dia.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya