Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia naik lebih dari 1 persen dipicu ketegangan di Timur Tengah, akibat koalisi pimpinan Saudi meluncurkan serangan udara sebagai balasan atas serangan baru-baru ini pada infrastruktur minyak mentahnya.
Melansir laman Reuters, Jumat (17/5/2019), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup naik 85 sen, atau 1,18 persen menjadi USD 72,62 per barel, setelah menyentuh level tertinggi dalam tiga minggu.
Baca Juga
Adapun harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 81 sen, atau 1,37 persen menjadi USD 62,87 per barel, setelah mencapai level terkuat dalam dua minggu.
Advertisement
Koalisi militer yang dipimpin Saudi di Yaman melakukan beberapa serangan udara di ibukota Sanaa yang dikuasai Houthi pada hari Kamis. Ini setelah gerakan yang selaras Iran ini mengklaim bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak pada dua stasiun pompa minyak Saudi pada awal pekan ini.
Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi menuduh Iran memerintahkan serangan pesawat tak berawak ke stasiun pompa. Itu terjadi setelah serangan terhadap empat kapal tanker minyak di lepas pantai Uni Emirat Arab pada hari Minggu.
Secara keseluruhan, peningkatan ketegangan telah menambah kekhawatiran berkurangnya pasokan di Timur Tengah. Staf AS diperintahkan untuk meninggalkan kedutaan Amerika di Baghdad pada hari Rabu karena khawatir tentang ancaman dari Iran.
"Jenis-jenis ketegangan ini tidak seperti apa yang telah kita lihat dalam waktu yang sangat lama, dan saya pikir pasar mulai bangun dengan kenyataan bahwa risikonya semakin parah," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.
Â
OPEC
Menteri perminyakan Irak Thamer Ghadhban mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan minyak internasional mberoperasi seperti biasa di negara itu.
Pengirim dan penyuling Asia telah membuat kapal-kapal menuju Timur Tengah dalam keadaan siaga dan mengharapkan kemungkinan kenaikan premi asuransi laut setelah serangan.
"Ada semacam langkah mundur dari situasi itu, pasar akan memiliki waktu perdagangan yang sulit dan lebih rendah," kata Direktur Emas Berjangka Mizuho, ​​Bob Yawger.
Ketatnya pasokan bensin dan reli di ekuitas juga membantu meningkatkan minyak mentah berjangka.
Pasar masih menghadapi ketidakpastian mengenai apakah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya akan melanjutkan memotong pasokan yang telah mendorong harga lebih dari 30 persen sepanjang tahun ini.
Ghadhan mengatakan pertemuan komite pemantauan bersama OPEC berikutnya akan menilai komitmen negara-negara anggota dan non-anggota terhadap pengurangan produksi.
OPEC mengatakan pada hari Selasa bahwa permintaan minyak dunia akan lebih tinggi dari yang diperkirakan tahun ini.
Advertisement