Respons Menko Luhut soal Harga Tiket Pesawat Turun 50 Persen

Pemerintah Jokowi-JK memutuskan untuk menurunkan harga tiket pesawat penerbangan berbiaya rendah seperti Lion Air dan Citilink.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Jul 2019, 14:50 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2019, 14:50 WIB
Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat milik sejumlah maskapai terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jokowi-JK memutuskan untuk menurunkan harga tiket pesawat penerbangan berbiaya rendah atau Low Cost Carrier (LCC) seperti Lion Air dan Citilink.

Skema yang bakal digunakan adalah dengan memberikan diskon 50 persen dari tarif batas atas yang berlaku di tiga hari dengan jam-jam tertentu.

Merespons hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan menilai penurunan tersebut tidak akan terjadi jika tidak ada biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh maskapai.

Luhut pun mengakui selama ini pemerintah juga kurang memberikan perhatian terhadap operasional maskapai LCC.

"Sebenarnya LCC selama ini tidak kita tata dengan benar. Di negara-negara lain sudah punya airport sendiri, terminal sendiri untuk LCC supaya cost lebih murah, kan ujung-ujungnya pada cost," ujar dia di Kantornya, Jakarta, Selasa (2/7/2019).

Luhut mencontohkan, salah satu pemborosan yang menyebabkan biaya tiket LCC di Indonesia tiba-tiba melonjak adalah keinginan maskapai untuk terus memiliki armada pesawat baru.

Sementara itu, kondisi ini berbalik dengan di Amerika Serikat, dengan maskapai LCC cenderung memiliki pesawat dengan usia lebih tua dengan kondisi lebih baik.

"Maintenance-nya bagus, sehingga cost dia lebih rendah," ujar dia.

Oleh karena itu, efisiensi dari biaya operasional maskapai tersebutlah yang menurut dia menjadi kunci untuk menekan tarif tiket pesawat. Salah satunya dengan membatasi tingkat impor bahan bakar avtur. 

Dia menambahkan, monopoli Pertamina sebagai distributor avtur untuk maskapai di Indonesia seharusnya dihentikan. Indonesia harus mau membuka pasar avtur untuk pesaing dari luar negeri agar harga avtur yang dibeli oleh maskapai bisa lebih kompetitif.

"Jadi bikin saja saingan Pertamina itu jangan satu, bikin dua. Ada AKR dan mana itu, ada Shell, perusahan minyak banyak siapa aja yang mau itu. Tapi dibatasi jangan terlalu banyak juga," pungkasnya.

 

Reporter: Dwi Adiyta Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Tiket Pesawat Turun pada Selasa, Kamis dan Sabtu

Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Pesawat maskapai Lion Air terparkir di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Kamis (16/5/2019). Pemerintah akhirnya menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat atau angkutan udara sebesar 12-16 persen yang berlaku mulai Kamis hari ini. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Sekretaris Menteri Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan, dalam rakor ini secara bersama-sama pihak maskapai LCC sepakat untuk menjual tiket penerbangan murah pada Selasa, Kamis, dan Sabtu pada jam-jam berikut yakni mulai pukul 10.00 WIB - 14.00 WIB.

"Yang pertama adalah untuk LCC domestik pada setiap hari Selasa Kamis dan Sabtu pada jam keberangkatan antara pukul 10.00 sampai pukul 14.00 waktu lokal di masing-masing bandara yang ada di sana," kata dia saat konferensi pers di Kantornya Jakarta, Senin, 1 Juli 2019.

Adapun penurunan harga tiket yang telah ditetapkan tersebut akan diberikan diskon hingga 50 persen dari tarif batas atas (TBA) yang diatur oleh pemerintah.

"Intinya adalah pemerintah beserta seluruh stakeholder terkait tetap berkomitmen ingin menyediakan penerbangan murah bagi masyarakat yaitu untuk LCC domestik dari hari Selasa Kamis Sabtu," ujar dia.

Sulitnya Perusahaan Asing Jual Avtur di Indonesia

Banner Infografis Usulan Penurunan Harga Avtur
Banner Infografis Usulan Penurunan Harga Avtur. (Foto: AFP)

Sebelumnya, Pemerintah telah mempersilakan perusahaan asing untuk menjual avtur di Indonesia.

Tujuannya untuk menciptakan persaingan sehingga harga avtur di Indonesia semakin kompetitif.  Namun, sepertinya untuk mewujudkan keinginan pemerintah tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan. Mengapa demikian? Karena semua itu membutuhkan infrastruktur yang cukup mahal.

"Tapi ya memang penyediaan avtur itu harus ada tempat dan sarana penyaluran. Misalnya truk tanki dan pipa-pipanya. Masalahnya semua itu sekarang dikuasai Pertamina," kata Pengamat Penerbangan, Gatot Raharjo saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu, 29 Juni 2019.

Kalaupun perusahaan baru tersebut berkomitmen membuat infrastruktur mulai dari awal, tetap dalam penyalurannya harus berbagi sistem dengan Pertamina.

"Jadi ya memang agak susah. Kalau menekan Pertamina, nanti dikira tidak nasionalis," tambah dia.

Sebenarnya satu-satunya peluang perusahaan asing untuk menjual avtur di Indonesia adalah di bandara-bandara baru yang selama ini dibangun pemerintah. Hanya saja bandara tersebut mayoritas berlokasi di daerah Timur Indonesia atau di daerah terpencil.  "Apa mau mereka masuk ke situ?," tegas dia.

"Mungkin yang bisa dilakukan itu membangun kilang-kilang khusus avtur di Indonesia tengah dan timur. Jadi mendekati bandara dan biaya distribusinya bisa ditekan," pungkas Gatot.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya