Liputan6.com, Jakarta - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen pada tahun 2020. Pertumbuhan tersebut akan didorong dengan meningkatkan konsumsi rumah tangga.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rizal Taufikurahman mengatakan, target pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada 2020 itu pada dasarnya serupa dengan target pertumbuhan ekonomi 2019. Sebab itu, pihaknya menilai, target pertumbuhan ekonomi 2020 yang dipatok pemerintah tersebut justru menunjukan perekonomian nasional tidak mengalami pertumbuhan alias stagnan.
"Artinya perekonomian nasional tidak jauh lebih baik dari 2019 ini. Padahal sektor konsumsi dan investasi saat ini masih belum memberikan sinyal yang lebih baik sesuai yang diharapkan. Target investasi masih belum memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019," tuturnya kepada Liputan6.com, Sabtu (17/8/2019).
Advertisement
Baca Juga
Rizal melanjutkan, dengan ketidakpastian perang dagang Amerika Serikat (AS)-Tiongkok hingga fluktuasi nilai tukar rupiah saat ini, sulit rasanya membawa angin positif bagi pasar khususnya dalam mengerek laju investasi.
"Termasuk dalam hal ini perlu kebijakan moneter yang kondusif. Efeknya tentu saja, aliran investasi (capital inflow) yang belum bisa dijamin masuk ke dalam negeri. Serta juga perlu perbaikan FDI yang perlu effort dalam antara kebijakan moneter yang ekspansif dan juga fiskalnya," ujarnya.
Di sisi lain, elastisitas harga minyak dunia juga masih sangat dipengaruhi oleh dinamika global.
"Dari kondisi ini, dapat dilihat bahwa tahun 2020 masih belum akan memberikan kondusifitas pertumbuhan ekonomi yang kian membaik," tegasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemerintah Patok Pertumbuhan Ekonomi 2020 di Angka 5,3 Persen
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyebut target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 adalah 5,3 persen. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun depan ditekankan pada sektor konsumsi.
"Pertumbuhan ekonomi akan berada pada tingkat 5,3 persen dengan konsumsi dan investasi sebagai motor penggerak utamanya. Inflasi akan tetap dijaga rendah pada tingkat 3,1 persen untuk mendukung daya beli masyarakat," ujar Presien Jokowi dalam pidato Nota Keuangan di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019).Â
BACA JUGA
Lebih lanjut, Jokowi menyebut nilai tukar dolar AS akan melemah menuju Rp 14.400. Ia menyebut hal itu diakibatkan kondisi ekonomi global yang volatile alias penuh ketidakpastian.
Meski sedang ada disrupsi dagang, Jokowi yakin Indonesia akan tetap menjadi primadona investasi. Pasalnya, Indonesia memiliki telah mendapatkan citra positif dan iklim investasi akan terus dijaga.
"Pemerintah yakin investasi terus mengalir ke dalam negeri, karena persepsi positif atas Indonesia dan perbaikan iklim investasi," ujar Jokowi.
Jokowi menambahkan suku bunga SPN 3 bulan diperkirakan berada di tingkat 5,4%.
Pencapaian lain Indonesia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) naik dari 69,55 di 2015, menjadi 71,39 di 2018, atau masuk dalam status tinggi. Logistic Performance Index (LPI) naik dari peringkat 53 dunia pada 2014, menjadi peringkat 46 dunia pada 2018.
"Dalam Global Competitiveness Index, kualitas infrastruktur kita termasuk listrik dan air meningkat, dari peringkat 81 dunia pada 2015, ke peringkat 71 dunia pada 2018," jelas Jokowi.
Advertisement