Liputan6.com, Jakarta - Tarif baru ojek online (ojol) telah resmi diterapkan mulai Senin (2/9/2019), hari ini. Meski demikian, Kementerian Perhubungan (Kemhub) akan memantau reaksi masyarakat terkait kenaikan ini dan masih membuka peluang penurunan tarif.
Penurunan ini terutama menyangkut wilayah luar Jawa yang masih harus disesuaikan. Survei kepuasan tarif oleh Kemhub akan berlangsung dengan mengambil sampel dari 224 kota di Indonesia pada sepekan ke depan.
Advertisement
Baca Juga
"Kalau misalnya terjadi masyarakat merasa mahal dan sebagainya, apakah tarif bisa turun lagi? Saya rasa bisa saja, tapi tergantung hasil survei kita," tegas Dirjen Perhubungan Darat, Budi Setiyadi, dalam jumpa pers, Senin (2/9/2019) di Jakarta.
Budi menyebut tahap awal mungkin ada sentimen penolakan tarif baru, tetapi ia berkata kenaikan tarif tidaklah besar-besaran melainkan di kisaran ratusan rupiah saja sehingga tidak membebankan masyarakat.
Sayangnya, peluang menurunnya tarif ojek online lebih mungkin terjadi di wilayah luar Jabodetabek. Pasalnya, wilayah Jabodetabek terpantau berhasil menyesuaikan diri dengan tarif baru.
"Zona II daerah Jabodetabek berjalan relatif sangat bagus, tinggal saya masih mendengar beberapa daerah di luar Jawa yang tarifnya harus kita perbaiki kembali," jelas Budi Budi.
Wilayah Jabodetabek yang masuk kategori Zona II sudah mengalami kenaikan tarif lebih awal. Survei Kemhub pun membuktikan bahwa pendapatan ojek onlinecenderung naik karena tarif baru meski tingkat order lebih rendah.
"Versi pengemudi: dari order menurun tapi pendapatan naik karena ada rasionalisasi, peningkatan tarif, dari yang sebelumnya," pungkas Budi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemenhub Perluas Kenaikan Tarif Ojek Online ke 88 Kota
Beberapa bulan lalu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menerapkan kenaikan tarif ojek online, mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat. Kemenbub berencana memperluas kenaikan tarif ini ke kota-kota lainnya.
Direktur Angkutan Jalan dan Multimoda Kementerian Perhubungan Ahmad Yani menyatakan perluasan tarif tahap 3 akan menyasar ke kurang lebih 88 kota.
"Mulai besok, 9 Agustus 2019 pukul 00.00, kenaikan tarif akan diaplikasikan ke 88 kota tambahan, sehingga perluasan akan mencapai sekitar 80 persen," ungkapnya saat ditemui di gedung Kementerian Perhubungan, Kamis (8/8/2019).
Sebagai informasi, perluasan kenaikan tarif ojek online tahap I dilakukan di wilayah Jabotabek, Bandung, Jogja, Surabaya dan Makassar, diikuti dengan tahap II yang melebar ke kurang lebih 41 kota di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut, Yani mengatakan perluasan kenaikan tarif secara keseluruhan ditargetkan rampung September mendatang. Setelahnya, Kemenhub bakal mengevaluasi pemberlakuan tarif baru setelah diterapkan selama 3 bulan.
Advertisement
Keberadaan Ojek Online Mampu Tingkatkan Ekonomi Masyarakat
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) mengungkapkan, para mitra yang berada dalam ekosistem ojek online, seperti Gojek mengakui adanya manfaat di luar keuntungan ekonomi yang bisa diperoleh. Para mitra melihat kehidupan sehari-seharinya lebih baik ketika bergabung dengan ojek online.
Hal ini diungkapkan dalam penelitian kualitatif berjudul "Makna Kerja, Tingkat Kepuasan, dan Well-Being Mitra Go-Jek Indonesia pada 2019". Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh dampak yang dirasakan mitra ojek online dalam kehidupan mereka.
Kepala Lembaga Demografi FEB UI Turro S Wongkaren mengungkapkan penelitian kualitatif ini merupakan lanjutan dari penelitian LD FEB UI sebelumnya yang bersifat kuantitatif mengenai dampak ekonomi mitra ojek online kepada perekonomian Indonesia.
“Pada riset sebelumnya, LD menghitung bahwa kontribusi Gojek terhadap perekonomian Indonesia berada di kisaran Rp 44,2-55 triliun jika menggunakan asumsi 100 persen mitra aktif. Namun, hal yang perlu lebih lanjut ditelaah adalah apakah kontribusi ekonomi yang besar ini juga diikuti dengan kepuasan dan kebahagiaan mitranya,” ujar Turro di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Menurut dia, penelitian terhadap ratusan mitra Gojek ini mempunyai jumlah narasumber yang cukup besar dibanding penelitian kualitatif pada umumnya sehingga dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang makna kerja, kepuasan, dan kebahagiaan (well-being) terhadap bentuk kemitraan nontradisional di ekonomi digital.
“Penelitian mengenai well-being pekerja di industri konvensional sudah banyak dilakukan. Namun, penelitian terhadap anggota ekosistem ekonomi digital masih jarang. Ini perlu dilakukan guna memahami lebih dalam bagaimana ekonomi digital bisa membantu individu tidak hanya dari sisi finansial tetapi juga manfaat non-finansial yang berguna bagi pengembangan diri. Sehingga, ekonomi digital Indonesia bisa inklusif dan berkualitas," jelas dia.