Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, melantik sebanyak 25 Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama (Eselon II) di lingkungan Kementerian Keuangan.
Pelantikan pejabat ini dikarenakan adanya mutasi lintas unit Eselon II di Direktorat Jenderal (Ditjen) Anggaran, Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Kekayaan Negara, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Inspektorat Jenderal dan Badan Kebijakan Fiskal, serta pengangkatan Direksi Pusat Investasi Pemerintah (PIP).
Advertisement
Baca Juga
Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani meminta kepada semua pejabat yang dilantik untuk memahami betul kondisi perekonomian secara nasional. Karena di tengah ketidakpastian perekonomian global paling tidak seluruh jajaran di bawah lingkungannya memahami kondisi marko perekonomian. Dengan begitu, diharapkan secara bersama-sama mampu mengatasi dan dapat keluar dari ketidakpastian global.
"Di manapun berada Anda harus paling tidak, tahu kondisi ekonomi. Anda harus tahu mengenai kondisi makro ekonomi. Anda harus tahu minimal apa kebijakan fiskal. Dan Anda harus tahu yang paling tidak setiap komponen yang ada di APBN, kemudian Anda memproyeksikan di mana Anda berada dalam mengelola Indonesia dan APBN. Di situ kita bisa bersatu dan bersinergi," kata Sri Mulyani saat pelantikan, di Kantornya, Jakarta, Senin (9/9).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengakui selama ini pemahaman mengenai APBN maupun kondisi perekonomian diseluruh jajaran kementeriannya tidak merata. Artinya tidak semua paham betul mengenai kondisi tersebut.
Sebab, rata-rata rekrutmen yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan sendiri tidak semuanya berada dalam satu bidang. "Bahkan kalau dari sisi STAN tidak mendapatkan ilmu ekonomi basic apalagi masuk bagaimana fiskal polecy berfungsi," imbuh dia.
Oleh karena itu Sri Mulyani meminta agar para pejabat dilingkungannya sering-sering melakukan pertemuan secara informal membahas mengenai APBN dan keuangan negara. Sehingga pemahaman para pejabat mengenai kondisi perekonomian nasional akan tertanam dengan sendirinya.
"Bagaimana pemahaman Anda sebagai satu institusi keuangan negara, untuk memahami apa artinya mengelola keuangan negara bagi bangsa negara kita dan bagai perkonomian kita," kata dia.
Â
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Jurus Sri Mulyani Tahan Arus Modal Asing Keluar dari RI
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Pemerintah akan terus waspada terhadap segala gejolak ekonomi global yang tengah terjadi.
Hal ini ia ungkapkan merespons bahan presentasi Bank Dunia yang bertajuk Global Economic Risks and Implications for Indonesia yang menyebutkan Indonesia tengah terancam dalam capital outflow besar (arus modal keluar) imbas dari perlambatan ekonomi global.
"Saya sampaikan berkali-kali kita terus akan waspada melihat perkembangan tersebut. Kita akan perbaiki dan kondisi ekonomi yang masih 5 persen dan inflasi terjaga rendah dan pembangunan yang terus berjalan ini menjadi tempat destinasi yang baik bagi investasi," tutur Sri Mulyani di Gedung DPR, Jumat (6/9/2019).
"Oleh karena itu kebijakan yang tepat untuk mendorong investasi kemarin telah disampaikan. Presiden minta ada penyederhanaan dan kita perlu lebih aktif melihat kebutuhan investor agar mereka bisa menerjemahkan minat investasi menjadi aktivitas investasi," lanjut dia.
Sri Mulyani menjelaskan, Pemerintah terus mengupayakan berbagai kebijakan guna menopang pertumbuhan ekonomi ke depannya.
"Kita harus menghilangkan peraturan yang menyebabkan cost of doing business-nya mahal tinggi dan panjang bertele-tele dan kita keluarkan kebijakan perpajakan sebagaimana yang disampaikan kemarin. Ini dalam rangka menciptakan suatu lingkungan ekonomi yang sehat dan tetap tumbuh tinggi dan stabil sehinga confidence itu tetep terjaga," tandasnya. Â
Advertisement
Sri Mulyani Waspadai Gejolak Ekonomi Global Berlanjut ke 2020
Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai ketidakpastian ekonomi global yang berpeluang masih berlanjut pada 2020.
Ada beberapa hal yang harus diwaspadai, salah satunya adalah hubungan perang dagang Amerika Serikat dan China yang belum menunjukkan keharmonisan.
Sejak awal perang dagang kedua negara ini, ekonomi global turut terpengaruh. Pertumbuhan ekonomi di berbagai dunia melambat dua negara digdaya itu belum juga damai.
"Tensi (AS dan China) masih meningkat, dalam ini ini sulit diprediksi karena di satu sisi kenaikan tarif dilakukan, kemudian ada penundaan tapi masih ada berbagai indikator dan persyaratan yang belum disetujui kedua pihak. Ini adalah ketidakpastian yang harus tetap waspadai dan perhitungkan di 2020," ujarnya di Kantor DPR, Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Selain perang dagang China dan Amerika, Indonesia juga masih melihat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) walaupun sudah menurunkan suku bunga acuannya beberapa waktu terakhir.
"Respons policy seperti Federal yang menaikkan suku bunga (2018), sekarang turunkan. Kita belum tahu apakah mereka akan lakukan lagi atau itu keputusan sendiri pada saat penurunan kemarin. Ini akan sangat menentukan momentum dari pelemahan ekonomi dunia berlanjut atau membalik di 2020 ini," jelas Sri Mulyani.Â