BJ Habibie, Anak Negeri yang Ikut Besarkan Airbus

Ketika menjabat sebagai Wakil Presiden, BJ Habibie berhasil mebangun industri dirgantara dengan berhasil membuka lapangan kerja bagi 48 ribu engineer.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Sep 2019, 14:15 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2019, 14:15 WIB
Dimakamkan Secara Militer, Jenazah BJ Habibie Diserahkan Kepada Negara
Anggota Pasukan Paspampres membawa jenazah Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie saat prosesi penyerahan jenazah kepada negara di Patra Kuningan, Jakarta, Kamis (12/9/2019). Jenazah BJ Habibie diberangkatkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata untuk dimakamkan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie meninggal pukul pukul 18.05 WIB, Rabu 11 September 2019. BJ Habibie meninggal di usia 83 tahun karena gagal jantung. 

Kiprah BJ Habibie di industri dirgantara sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Ia berhasil memimpin pembuatan pesawat N250 Gatot Kaca, pesawat buatan Indonesia pertama. Namun ternyata tak hanya di Indonesia. Kiprah BJ Habibie sampai di dunia internasional.

Berkembangnya bisnis Airbus yang merupakan perusahaan asal Prancis ternyata tidak terlepas peran Indonesia, khususnya sosok BJ Habibie.

"Saya lulus S3, saya bekerja ke industri yang kecil-kecil saja, yang buat pesawat sipil, bukan fighter atau sejenisnya, dan perusahaan kecil itu adalah Airbus sekarang," kata BJ Habibie.

Presiden Indonesia ke-3 tersebut bercerita, membangun industri dirgantara di Indonesia, memang menjadi cita-citanya selama ini. Diakuinya, untuk mewujudkan hal itu tidak mudah.

Tak hanya membutuhkan teknologi dan investasi yang cukup banyak, kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) pun juga tidak bisa sembarangan.

Hal itu perlahan mulai tewujud ketika Habibie diminta oleh Presiden Indonesia ke-2 Soeharto untuk kembali ke Indonesia. Soeharto menyampaikan kepada Habibie akan menjadikan Habibie sebagai tokoh masa depan Indonesia.

Ketika menjabat sebagai Wakil Presiden, BJ Habibie berhasil mebangun industri dirgantara dengan berhasil membuka lapangan kerja bagi 48 ribu engineer.

"Di dunia ini hanya 3 industri dirgantara yang dibubarkan, Jepang karena perang, Jerman juga karena perang, dan Indonesia. Tapi Indonesia dibubarkan itu karena krisis, tragis memang," cerita dia.

"Sekarang, Airbus sudah bisa bikin fighter, bikin helikopter, bikin pesawat militer, kita?" tanya Habibie.

Untuk itu, dia meminta kepada generasi muda untuk tidak pernah berhenti untuk menuntut ilmu. Dia pun berpesan, setinggi apapun ilmu yang didapat, termasuk di luar ngeri, harus kembali ke Indonesia dan digunakan untuk mengabdi kepada negara.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Mengenal Pesawat R80, Cita-cita BJ Habibie yang Hampir Terwujud

6 Potret Kebersamaan BJ Habibie dan Ainun, Dari Muda Hingga Akhir Hayat
6 Potret Kebersamaan BJ Habibie dan Ainun, Dari Muda Hingga Akhir Hayat (sumber: Brillio.net)

Presiden Indonesia ke-3, BJ Habibie pernah bermimpi memiliki pesawat nasional yang bisa membawa nama Indonesia lebih harum. Tak disangka, mimpi ini terwujud dengan diciptakannya pesawat R80 yang rencananya akan dirakit tahun ini dan mulai di jual tahun 2025 mendatang.

Meski belum dipastikan kapan tepatnya akan dirakit, pesawat R80 ini ternyata laris manis. Buktinya, sudah ada pesanan sebanyak 155 unit, dengan rincian Nam Air memesan 100 unit, Kalstar 25 unit, Trigana Air 20 unit dan Aviastar 10 unit.

Pesawat ini diklaim BJ Habibie menjadi kebanggaan terbarunya. Bahkan BJ Habibie pernah menyatakan tidak ingin meninggal sebelum hasil rancanagannya ini mengudara. 

Sebenarnya, apa yang membuat maskapai penerbangan ramai-ramai memesan pesawat R80 ini?

Dirancang dengan Teknologi Canggih

[Bintang] 5 Fakta Pesawat R80 Karya Habibie yang Bikin Indonesia Bangga
5 Fakta Pesawat R80 Karya Habibie yang Bikin Indonesia Bangga | via: jejaktapak.com

Pesawat R80 dilengkapi dengan sistem kendali fly by wire yang menggunakan sinyal elektronik dalam memberikan perintah. Lalu, pesawat ini juga bisa meminimalisir suara bising yang dihasilkan baling-baling pesawat. Sistem penyesuaian udara juga ditanamkan di sini sehingga tekanan udara di pesawat stabil tidak terpengaruh ketinggian pesawat.

Irit Bahan Bakar

Dua Perusahaan Italia Siap Gabung Bangun Pesawat R80
Bentuk replika Pesawat R80 yang dipamerkan saat penandatanganan Partneship Agreement dengan investor R80, Jakarta, Kamis (22/2). Perusahaan asal Italia tersebut adalah LEONARDO Aerostructures Division dan LAER. (Liputan6.com/JohanTallo)

Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI), Ilham Habibie mengatakan sebagai pesawat bermesin baling-baling atau mesin turboprop, konsumsi bahan bakar pesawat R80 jauh lebih irit 20 persen ketimbang pesawat bermesin jet. Hal ini tentu menjadi pertimbangan maskapai untuk membeli pesawat R80, karena efisiensi bahan bakar dapat membuat perusahaan semakin untung.

"Menurut saya minimal 20 persen irit, itu cukup berarti. Karena laba perusahaan sangat sedikit, kompetisi ketat, sehingga mereka harus bisa berhemat," tuturnya.

Bisa Terbang di Landas Pacu Pendek

Dua Perusahaan Italia Siap Gabung Bangun Pesawat R80
Replika Pesawat R80 dipamerkan saat penandatanganan Partneship Agreement dengan investor R80, Jakarta, Kamis (22/2). Ilham Habibie menegaskan dua perusahaan asal Italia mengambil bagian dalam program pengembangan Pesawat R80. (Liputan6.com/JohanTallo)

Berikutnya adalah pesawat R80 mampu terbang di landas pacu yang pendek, meski dapat mengangkut banyak penumpang, pesawat R80 dapat mengakses bandara kecil yang biasanya terdapat di wilayah kepulauan.

"Selain itu terbang landas di landasan pendek, ada keunggulan di kota kecil menengah. Ini untuk rute yang tidak terlalu jauh," ujar Ilham Habibie.

Bisa Angkut Banyak Penumpang

Dua Perusahaan Italia Siap Gabung Bangun Pesawat R80
Replika Pesawat R80 dipamerkan saat penandatanganan Partneship Agreement dengan investor R80, Jakarta, Kamis (22/2). Ilham menuturkan, kehadiran kedua ‎perusahaan tersebut membantu mengembangkan dan membuat R80. (Liputan6.com/JohanTallo)

Kemudian, pesawat ini didesain untuk penerbangan sipil yang akan memiliki teknologi dan kebutuhan pasar 5-10 tahun ke depan.

"Untuk kebutuhan pasar hingga 10 tahun ke depan itu, pesawat ini mampu di upgrade hingga bisa menampung 100 penumpang. Awalnya kita memang buat untuk 80 penumpang dulu," kata Ilham. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya