Wapres JK Singgung Merosotnya Harga Kopi Dunia di Markas PBB

Indonesia sangat prihatin dengan krisis ini, saat keuntungan industri kopi besar dunia justru meningkat.

oleh Nurmayanti diperbarui 26 Sep 2019, 11:32 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2019, 11:32 WIB
Wapres Jusuf Kalla di Markas Besar PBB di New York. (Foto: Setwapres RI)
Wapres Jusuf Kalla di Markas Besar PBB di New York. (Foto: Setwapres RI)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla menyoroti terus merosotnya harga biji kopi di pasaran dunia yang mencapai 70 persen sejak 1982. Salah satu penyebab adalah kelebihan pasokan produksi biji kopi dunia.

Ini dia sampaikan saat berbicara pada forum “Aksi Bersama Mengatasi Krisis Harga Kopi dan Mencapai Produksi Kopi Berkelanjutan”, di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat (AS), Rabu pagi waktu setempat (25/9/2019).

“Saya ingin menggaris bawahi dampak dari krisis harga kopi ini. Petani kecil adalah korban yang paling dirugikan. Petani kecil, bukan industri maupun konsumennya,” ujar JK seperti mengutip laman Sekretariat Kabinet, Kamis (26/9/2019).

Menurut Wapres, lebih dari 90 persen lahan kopi Indonesia dikelola oleh petani kecil. Karena itu, Indonesia sangat prihatin dengan krisis ini, saat keuntungan industri kopi besar dunia justru meningkat.

“Lebih dari 25 juta petani kecil kopi di seluruh dunia berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Indonesia sendiri memiliki 1,8 juta petani kopi,” ungkap dia.

Merosotnya harga dunia, ikut mengakibatkan  menanam kopi tidak lagi menjadi sumber penghidupan yang diminati. Sebagian petani kopi bahkan beralih ke sektor lain.

Karena itu, sebagai sesama negara penghasil kopi, Wapres mengajak bersama-sama untuk membuat terobosan guna memperbaiki nasib produsen kopi di negara masing-masing. “Kita tidak bisa berdiam diri,” tegas Wapres.

 

Langkah

Dalam forum yang di inisiasi Negara Columbia ini, Wapres memaparkan langkah-langkah sebagai usulan dari Indonesia untuk mengatasi merosotnya harga kopi dunia. Pertama, terus memperluas pasar kopi, dan pengendalian jumlah pasokannya.

Wapres menyebut bahwa berbagai laporan International Coffee Organization (ICO) telah menyoroti potensi di sektor nontradisional. Antara lain, biji kopi sebagai bahan baku industri kesehatan. "Sudah saatnya kita implementasikan studi ini menjadi upaya nyata," pesannya.

Langkah kedua, Wapres menyerukan bahwa kapasitas petani kecil harus ditingkatkan kemampuannya agar petani dapat menghasilkan kualitas kopi yang baik dan bernilai tambah."Peran koperasi petani harus terus diberdayakan," sarannya.

Ketiga, lanjut Wapres, perlunya dibangun kemitraan antara industri dan petani kecil sebagai contoh industri kopi besar harus memberikan CSR, untuk peningkatan kapasitas petani kecil.

"Akses terhadap teknologi dan pasar bagi petani kecil harus dipermudah. Petani kecil harus masuk dalam rangkaian global supply chain kopi dunia," imbuhnya.

Langkah keempat, menurut Wapres, perlunya upaya khusus untuk menjaga keseimbangan harga kopi bagi petani, industri dan konsumen.

Untuk itu perlu kerja sama dan mengembangkan strategi serta kampanye inovatif agar petani mendapatkan harga yang lebih adil. Misalnya, lanjut Wapres, dengan menetapkan harga kopi minimum yang masih menguntungkan bagi petani kecil.

"Diperlukan dukungan peran organisasi internasional, seperti ICO, dalam hal ini," tandasnya.

Menutup pidato singkatnya, Wapres menuturkan bahwa Indonesia ingin menegaskan komitmennya untuk bekerja sama yang memastikan masa depan berkelanjutan bagi sektor kopi. "Masa depan yang adil dan sejahtera bagi petani kopi, industri dan konsumen," tutup Wapres.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya