Liputan6.com, Jakarta - Kinerja maskapai penerbangan Sriwijaya Air diklaim memburuk sejak dikelola oleh Garuda Indonesia.
Hal tersebut dinyatakan oleh kuasa hukum Sriwijaya Air, Yusril Ihza Mahendra dalam keterangan persnya.
"Performance Sriwijaya tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih oleh GA Grup melalui Citilink. Perusahaan malah dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu," tulis Yusril dalam keterangannya.
Advertisement
Namun, apakah klaim tersebut benar? Berdasarkan data yang dihimpun Liputan6.com dari Garuda Indonesia, ternyata performa Sriwijaya justru membaik setelah bekerjasama dengan Garuda.
Baca Juga
Pendapatan perusahaan menujukkan pertumbuhan positif dari Rp 6,8 triliun pada 2018 menjadi Rp 7,5 triliun pada 2019, atau meningkat 10,9 persen.
Ebitda perusahaan yang pada 2018 Rp -557 miliar (bener ora nulise) tumbuh menjadi Rp 295 miliar di tahun 2019.
Utang perusahaan juga turun sekitar 13,4 persen dari Rp 2,3 triliun pada 2018 menjadi Rp 2 trilun pada 2019. Sementara, OTP naik dari 52,4 persen pada 2018 menjadi 72,8 persen pada 2019.
Hingga saat ini, hubungan Sriwijaya Air dengan Garuda Indonesia masih memanas. Pihak Sriwijaya Air memutuskan untuk menghentikan kerjasama dengan maskapai pelat merah tersebut karena merasa sistem kerjasama tidak fair dan justru berpotensi melumpuhkan perusahaan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sriwijaya Air: Selama Diambil Alih Garuda, Kinerja Perusahaan Memburuk
Pihak Sriwijaya Air akhirnya angkat bicara terkait perseteruannya dengan Garuda Indonesia. Selama ini kedua perusahaan itu bersinergi untuk memperbaiki kinerja Sriwijaya Air yang kini masih memiliki banyak tunggakan utang.
Melalui kuasa hukumnya yaitu Yusril Ihza Mahendra, manajemen Sriwijaya Air justru mengatakan selama diambil alih Garuda Indonesia, kinerja perusahaan malah semakin memburuk.
"Performance Sriwijaya tidak bertambah baik di bawah manajemen yang diambil alih oleh GA Grup melalui Citilink. Perusahaan malah dikelola tidak efisien dan terjadi pemborosan yang tidak perlu," tulis Yusril dalam keterangannya, Jumat (8/10/2019).
Tadi malam di kantor Garuda, Yusril mengatakan, pihaknya semula mau menyelesaikan draf perpanjangan perjanjian kerjasama dengan GA Grup. Namun karena deadlock dalam menyusun Board of Directors, maka dalam rapat Jum’at pagi ini, para pemegang saham memutuskan untuk mengambil langkah menghentikan kerjasama manajemen dengan Garuda Grup.
Nota pemberitahuan pengakhiran kerjasama itu dikirimkan ke Garuda, Citilink dan GMF hari ini.
"Sriwijaya Air juga memberitahukan secara resmi Menteri Perhubungan bahwa manajemen Sriwijaya kini diambil alih dan dijalankan sendiri oleh Sriwijaya," tegas Yusril.
Advertisement
Bentuk BOD Baru
Sebagai langkah awal pengakhiran, dijelaskan Yusril, para pemegang saham telah memutuskan mengangkat BOD Sriwijaya yang baru yang seluruhnya berasal dari internal Sriwijaya Air. Pihak Sriwijaya juga hari ini telah mengembalikan semua tenaga staf perbantuan dari GA Grup untuk tidak bekerja lagi di Sriwijaya.
Yusril mengatakan langkah selanjutnya adalah pihaknya akan mengundang GA Grup untuk duduk satu meja membahas pengakhiran kerjasama yang sudah berlangsung selama setahun itu.
Pihaknya minta agar BPKP dan auditor independen melakukan audit terhadap Sriwijaya selama manajemen yang direksinya mayoritas berasal dari GA Grup untuk mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguh selama dimenej oleh GA Grup.
Kepada masyarakat, Yusril memohon maaf atas kurang baiknya pelayanan Sriwijaya selama manajemennya ditangani oleh direksi yang mayoritas berasal dari GA Grup.
"Selanjutnya, Sriwijaya akan kembali bekerja secara profesional melayani pelanggan sebagaimana selama ini dilakukan oleh Sriwijaya," tutup dia.