IPI: Pilot Batik Air yang Pingsan Sudah Cek Kesehatan Sebelum Terbang

Ikatan Pilot Indonesia (IPI) angkat suara soal pilot Batik Air.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Nov 2019, 13:39 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2019, 13:39 WIB
Pesawat Batik Air di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. (Gideon/Liputan6.com)
Pesawat Batik Air di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. (Gideon/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pilot Batik Air dengan nomor penerbangan ID 6548 tujuan Jakarta-Kupang mendarat darurat di bandara El-Tari Kupang, Minggu, 17 November 2019.

Peristiwa terjadi akibat faktor kesehatan Pilot-in-Command Djarot Harnanto. Co-pilot pun mengambil tindakan untuk mendaratkan pesawat dengan selamat.

Merespons hal tersebut, Wakil Ketua Umum Ikatan Pilot Indonesia (IPI) Rama Noya menjelaskan bahwa pilot selalu melakukan tes kesehatan sebelum terbang, sesuai dengan aturan Kementerian Perhubungan. Akan tetapi, ada kejadian-kejadian yang di luar kendali meski sudah ada antisipasi berupa cek kesehatan.

"Sejauh ini apa yang sudah dilakukan Kementerian Perhubungan, dalam hal ini Perhubungan Udara, sudah cukup baik. Makanya kembali pak Menteri Perhubungan Budi Karya mengingatkan agar pemeriksaan pilot sebelum terbang tetap dilakukan," ujar Rama kepada Liputan6.com, Senin (18/11/2019).

"Dan itu memang setiap hari selalu dilakukan. Kita sebelum terbang selalu dicek, tekanan darah, kadar alkohol, sudah dicek," ia menambahkan. 

Pemeriksaan medis atau medical check-up juga dilakukan oleh para pilot setiap enam bulan sekali. Noya pun berkata kebijakan maskapai untuk menjaga kesehatan pilot sudah cukup bagus.

Kondisi pilot tak sadarkan diri menurut Noya bukanlah pertama kali terjadi, di luar negeri pun sudah pernah terjadi. Dalam situasi demikian, maka memang sudah jadi tugas co-pilot untuk mengendalikan pesawat.

Noya berkata dari segi prosedur, co-pilot bertugas mengambil alih kendali pesawat jika sesuatu terjadi dengan pilot. Noya pun mengapresiasi co-pilot Batik Air ID 6548 yang berhasil menjalankan tugas dengan baik.

"Peran co-pilot yang penting. Makanya disebut second-in-command. Jika pilot-in-command incapacitated atau tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai pilot-in-command, maka kendali akan diserahkan kepada second-in-command, dalam hal ini co-pilot. Dia akan membawa pesawat untuk bisa mendarat dengan selamat," ujar Noya.

Noya menyebut kondisi pilot Batik Air yang berada di RS Siloam Kupang dalam keadaan sehat. Sementara, pihak Lion Air menyebut Kapten Djarot Harnanto merasa adanya gangguan kesehatan dengan indikasi pusing berat sehingga membuat konsentrasi terpecah dan lemas ketika berada di pesawat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tak Perlu Ada Sanksi

Ilustrasi pilot
Ilustrasi pilot. (iStock)

Noya pun menyebut tidak perlu ada sanksi bagi pilot Batik Air. Ia menyebut semua prosedur sudah dijalankan meski ada hal di luar kendali yang terjadi. 

Ia mengakui kejadian ini memang tidak biasa, tetapi co-pilot berhasil menjalankan prosedur baku untuk menyelamatkan penerbangan.

"Seharusnya tidak ada sanksi, karena ini sebetulnya adalah prosedur yang normal, terutama seperti kalau lagi terbang misalnya ada penumpang yang terkena serangan jantung  akhirnya kita harus divert harus segera mendarat untuk menyelamatkan nyawa penumpang itu.

"Demikian juga pilotnya, jika dia tiba-tiba mengalami kondisi unconscious, tidak sadar, maka memang sudah didesain sedemikian rupa sehingga co-pilot yang menerbangkan pesawat membawa pesawat sampai mendarat dengan selamat," jelas Noya.  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya