Jurus Pemerintah Tekan Angka Stunting

Stunting merupakan sendiri adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jan 2020, 08:45 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2020, 08:45 WIB
Melihat Kondisi Anak-Anak Kurang gizi di Pandeglang
Anak balita menangis saat ditimbang di Puskesmas, Kaduhejo, Pandeglang (14/9). Dengan puluhan penduduk mengalami gizi kurang, gizi buruk dan beberapa anak sudah divonis stunting, ini menjadi gambaran bagaimana sulitnya mencegah stunting. (Foto:Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah terus berusaha untuk menurunkan angka stunting di Indonesia. Salah satu hal yang dilakukan adalah dengan membangun fasilitas sanitasi untuk membangun pola perilaku hidup sehat di masyarakat.

Stunting (Kerdil) sendiri adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan, kasus kekerdilan fisik dan otak pada anak bisa ditentukan dalam empat bulan pertama masa kehamilan seorang ibu.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 20 persen kejadian stunting sudah terjadi ketika bayi masih berada di dalam kandungan. Kondisi ini diakibatkan oleh asupan ibu selama kehamilan kurang berkualitas, sehingga nutrisi yang diterima janin sedikit. Akhirnya, pertumbuhan di dalam kandungan mulai terhambat dan terus berlanjut setelah kelahiran.

Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Widodo Muktiyo menjelaskan pentingnya edukasi masyarakat tentang stunting, pencegahan, dan dampaknya.

“Kita akan sosialisasikan arti kata stunting, cara mencegahnya dan dampaknya secara sederhana kepada masyarakat. Ini penting agar masyarakat mudah memahami. Stunting ini gagal tumbuh pada balita karena kekurangan gizi kronis dalam kurun waktu yang lama. Faktor penyebabnya banyak, beberapa diantaranya pola konsumsi dan pola asuh. Dampaknya itu, kekerdilan pada tubuh dan perkembangan otak menjadi tidak maksimal," jelas Widodo dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (21/1/2020).

Sebagai Koordinator Kampanye Nasional Prevalensi Penurunan Stunting, Kominfo mengedukasi masyarakat untuk berperilaku hidup sehat untuk membantu percepatan penurunan angka stunting di Indonesia. Untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, pemerintah lewat Kementerian PUPR dalam lima tahun telah membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Tempat Pengolahan Air (TPA) dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS).

Saksikan Video PIlihan di Bawah Ini:

Sanitasi

Jurus Kementerian PUPR Atasi Masalah Stunting
Penyediaan fasilitas air bersih dan sanitasi merupakan program prioritas nasional di bidang kesehatan yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR. (Dok Kementerian PUPR)

Namun menurut Widodo untuk mendukung pembangunan fasilitas sanitasi, kesadaran masyarakat tentang pola hidup perilaku hidup sehat juga harus dibentuk, seperti tidak membuang sampah sembarangan untuk menjaga kesehatan lingkungan.

“Pembangunan akan sia-sia kalau pola perilaku masyarakat masih belum terbentuk, buang sampah sembarangan misalnya’, tutup Widodo.

Membangun jamban yang sehat merupakan salah satu cara menciptakan sanitasi yang bersih dan sehat. Lubang resapan septic tank baiknya dibangun 10-15 meter dari sumur/sumber air dan tidak terjamah oleh serangga atau tikus.

Membangun lantai yang kedap air dan landai menuju saluran pembuangan penting diperhatikan dalam pembuatan jamban yang baik

Dinding dan ventilasi udara juga harus diperhatikan dalam membangun jamban. Fasilitas pendukung seperti air, sabun dan alat pembersih juga harus tersedia. Tentunya, jamban juga harus dibersihkan secara teratur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya