Bicara Soal Stunting, Kepala Bappenas Ditertawakan Anggota DPR

Dalam RPJMN) 2020-2024, pemerintah tengah berupaya menurunkan angka stunting di level 14 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2020, 15:50 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2020, 15:50 WIB
Suharso Monoarfa
Menteri PPN/Bappenas Suharso Monoarfa (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa mengatakan masalah stunting saat ini telah menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Di mana dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 pemerintah tengah berupaya menurunkan angka stunting di level 14 persen.

"Stunting itu tadinya kami hanya mau menurunkan sampai diangka 19 persen tetapi bapak presiden meminta 2024 turun ke 14 persen," katanya di ruang ralat Komisi XI DPR RI, Jakarta, Selasa (4/2)

Suharso menambahkan, permasalahan stunting saat ini cakupannya begitu luas. Bahkan, di Jakarta pun jumlah angka stunting semakin meluas. Namun banyak masyarakat yang tak paham dengan kondisi tersebut.

"Jangan di sangka di Jakarta juga ada stunting. Jadi bukan berarti di sini bahkan banyak orang tidak paham akan stunting. Mereka anggap adalah kekerdilan. Nanti dipikir saya stunting," kata dia.

Mendengar penyataan tersebut, seluruh anggota Komisi XI yang ada diruangan pun tergelitik. Mengingat postur tubuh dirinya yang juga tergolong kecil.

"Kan senang sekali dia mendapatkan kesempatan tertawa maksudnya dia dari tadi bertahan untuk mentertawakan saya," kata Suharso.

Tahun ini, pemerintah terus berusaha menurunkan angka stunting dengan menetapkan 160 kabupaten prioritas. Untuk mencapai target dari Presiden Jokowi, pada 2020 terdapat 260 kabupaten/kota yang ditetapkan sebagai wilayah prioritas penanganan stunting.

Selanjutnya pada 2021 ditetapkan 360 kabupaten/kota wilayah prioritas penanganan stunting, serta 514 kabupaten/kota pada 2023 dan 2024.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jokowi Targetkan Angka Stunting Turun Jadi 14 Persen

Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana kembali menjenguk Kahiyang Ayu yang melahirkan bayi perempuan di rumah sakit
Presiden Jokowi dan Ibu Negara Iriana kembali menjenguk Kahiyang Ayu yang melahirkan bayi perempuan di rumah sakit. (Merdeka.com/ Ahda Bayhaqi)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi berkomitmen menangani masalah stunting di Tanah Air. Dia memasang target stunting harus turun ke angka 14 persen pada tahun 2024.

Ini disampaikan Jokowi dalam acara Peresmian Pembukaan Kompas100 CEO Forum Tahun 2019 di Grand Ballroom Hotel Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta Pusat, Kamis (28/11/2019).

"Lima tahun ke depan berada pada angka, kemarin dari Bappenas meminta targetnya 19 persen. Saya masih tidak mau, saya ngotot 14 persen," tegas Jokowi.

Dia optimistis, target stunting turun ke angka 14 persen tercapai. Dengan catatan, berbagai pihak bekerja sama dan fokus menyelesaikan akar persoalan.

"Kalau dikerjakan terus bukan sesuatu yang sulit didapat tapi memang perlu kerja keras dan fokus untuk mempertajam, menutup masalah-masalah," ujar dia.

Jokowi melanjutkan, pada tahun 2013 angka stunting berada pada 37 persen. Kemudian pada tahun 2018 turun ke angka 30 persen. Hingga pada 2019 hanya bertengger pada angka 27 persen. Data tersebut berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).

Sebelumnya, Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengungkapkan keinginan pemerintah untuk menekan angka stunting lima tahun ke depan. Dia menyebut, pemerintah menargetkan angka stunting berada di bawah 20 persen.

"Kita ingin menurunkan angka stunting dalam lima tahun ke depan menjadi di bawah 20 persen," kata dia.

Stunting Persoalan Serius

Stunting, Kerdil, Kurang Gizi, Ikatan Dokter Indonesia, Daeng M Faqih
Kenali ciri anak bakal tumbuh menjadi anak yang stunting (Foto: Istimewa)

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih mengingatkan bahwa stunting merupakan persoalan serius yang harus cepat dibereskan.

Menurut Daeng, semakin banyak sumber daya manusia (SDM) yang terkena stunting, hanya akan menjadi beban bangsa.

"SDM seperti itu tidak memberikan banyak kemajuan untuk bangsa ini, karena pertumbuhannya terganggu," kata Daeng seperti dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 27 November 2019.

Hal ini diungkapkan Daeng dalam perayaan Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) yang ke-111 dan Hari Ulang Tahun (HUT) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang ke-69 di area Parkir Selatan pintu 5, Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta, pada Minggu, 24 November 2019.

Pada kesempatan itu, Daeng mengatakan bahwa mudah sekali mengenali seorang anak yang berisiko stunting. Salah satunya dengan mengetahui panjang bayi saat dia baru lahir.

"Cara paling mudah mengenali stunting adalah pada saat lahir, panjang bayi tidak mencapai 47 sentimeter (cm). Penyebabnya karena asupan gizi yang kurang saat seorang ibu sedang hamil. Penyebab lainnya adalah pola asupan gizi yang tidak teratur. Kemudian ada penyakit yang tidak baik saat hamil, misalnya terjadi infeksi," ujarnya.

Itulah tiga penyebab utama anak menjadi stunting. Oleh sebab itu, perlu pengenalan stnting bagi calon pengantin dan ibu hamil.

Daeng, menjelaskan, hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi yang terkena stunting menyebabkan seluruh organ tubuh, terutama otak tidak berkembang baik. Kondisi ini berpengaruh pada perkembangan kepribadian seorang anak yang terkena stunting.

"Ke depan, kami dari IDI akan semakin masif melakukan kampanye anti stunting. Kami lakukan gerakan nyata dengan turun ke masyarakat sosialisi," katanya.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya