Lifting Migas Pertamina EP Tak Capai Target APBN 2019

Dari segi kinerja keuangan, tercatat pendapatan dan laba Pertamina EP yang diperoleh pada 2019 juga meleset dari target.

oleh Athika Rahma diperbarui 04 Feb 2020, 17:15 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2020, 17:15 WIB
Keterbukaan Data Mampu Gairahkan Investasi Migas
Kementerian ESDM berencana menyempurnaan sistem pengelolaan data hulu migas untuk mendorong eksplorasi migas.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menyatakan, realisasi lifting minyak dan gas (migas) Pertamina EP tak capai target APBN 2019.

Dalam laporan kinerja yang dipaparkan saat rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (04/02/2020), Nanang menyampaikan bahwa Pertamina EP hanya mengangkut 82.210 barel per hari. Padahal, APBN 2019 menargetkan produksi 85 ribu barel per hari.

"Produksi kami di 2019 rata-rata 82 ribu barel per hari," ujar Nanang.

Sementara untuk lifting gas sendiri, Pertamina EP memproduksi 749 ribu mmcfd, kurang dari target APBN 2019 sebesar 768 ribu mmcfd.

Menurut Nanang, penyebab penurunan lifting migas ialah daya serap pembeli yang turut menurun.

"Contohnya di Mantindok dan Donggi, karena LNG spot turun, maka produksi turun dalam empat bulan terakhir dari Agustus jadi tinggal 30 persennya," jelas Nanang.

Di sisi lain, target eksplorasi sumur di 2019 juga tidak tercapai, dimana perseroan hanya menggali 8 sumur, padahal targetnya 11.

Dari segi kinerja keuangan, tercatat pendapatan dan laba perusahaan yang diperoleh pada 2019 juga meleset dari target. Hal ini disebabkan harga minyak dunia melesat dari proyeksi pemerintah.

"Target kami 2019 bisa raup USD 3,808 miliar realisasi kami sebesar USD 3,555. Target laba 2019 USD 639 juta, realisasinya USD 758 juta," imbuh Nanang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lifting Minyak Indonesia Diperkirakan Merosot Jadi 743 Ribu Bph di 2024

lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan produksi minyak siap jual (lifting minyak) merosot pada 2024. Hal tersebut terjadi seiring dengan menurunnya produksi minyak nasional.

Dikutip dari data Pembangunan dan Target Renstra Kementerian ESDM, realisasi lifting minyak pad‎a 2019 sebesar 746 ribu barel per hari (bph), kemudian pada 2020 ditargetkan naik menjadi 755 ribu bph.

Lifting minyak diperkirkan merosot pada 2021 menjadi 716 ribu bph, kemudian kembali merangkak naik hingga 2024 menjadi 743 ribu bph. Meski diperkirakan meningkat, lifting 2024 masih di bawah realisasi lifting minyak di 2019.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, ada tiga proyek hulu minyak dan gas bumi (migas) yang menjadi andalan meningkatkan produksi minyak pada lima tahun ke depan.

"Jadi memang kita lihat di sini dari pengembangan yang ada sekarang, hanya tiga sumur yang diharapkan berpotensi menambah hasil lifting minyak," kata Arifin‎, di Jakarta, Selasa (28/1/2020).

‎Tiga lapangan tersebut adalah Ande-ande Lumut ditargetkan beroperasi pada 2023 dengan produksi minyak sebesar 25 ribu bph, kemudian proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) ditargetkan dapat memproduksi minyak pada 2024 mencapai 23 ribu bph.

Proyek berikutnya adalah Lapangan abadi Masela yang ditargetkan mulai berproduksi pada 2027, selain gas lapangan tersebut juga menghasilkan minyak 36 ribu bph.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya