Kebakaran Hutan Hingga Kebocoran Sumur Gas Hambat Pencapaian Lifting Migas

Pada tahun ini terdapat sejumlah peristiwa yang mengganggu pencapaian lifting migas.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 24 Okt 2019, 18:14 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2019, 18:14 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, pencapaian produksi minyak dan gas bumi (lifting migas)‎ siap jual tahun ini mengalami sejumlah gangguan.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, pada tahun ini terdapat sejumlah peristiwa yang mengganggu pencapaian lifting migas, yaitu rendahnya harga gas alam cair (Liquified Natural Gas/LNG) di pasar global.

Kondisi ini membuat SKK Migas menahan penjualan LNG berdampak pada dikuranginya laju produksi gas bumi.

"‎Harga gas rendah lebih baik menyimpan gas dari pada menjual, berdampak pada mengurangi produksi berdampak pada Bontang,Tangguh dan Donggisenoro," kata Dwi, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (24/10/2019).

Dwi melanjutkan, masalah berikutnya adalah kebakaran hutan di wilayah Riau. Hal ini membuat beberapa sumur migas yang berdekatan dengan lokasi kebakaran dihentikan operasinya untuk ‎menjaga keamanan.

"Kedua karena kebakaran didaerah Sumatera, produksi kita di Rokan ada beberapa kita stop dulu," tuturnya.

Dwi mengungkapkan, peristiwa kebocoran gas dan minya mentah pada sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) juga membuat pencapaian lifting migas ‎terhambat. Sebab sumur yang dioperasikan oleh Pertamina Hulu Energi ONWJ tersebut direncanakan beroperasi pada tahun ini untuk menambah produksi migas Indonesia.

"Kejadian ONWJ, seharusnya ada tambahan produksi lifting migas tidak jadi,"tandasnya.

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Produksi Migas Indonesia Kuartal III 2019 Capai 1,7 Juta Barel

Ini Setiap Kali Perusahaan Hulu Migas Investasi US$1
Perusahaan-perusahaan hulu migas sering dianggap hanya berperan menyediakan pasokan energi dan menghasilkan penerimaan negara

Satuan Kerja Khusus Pelaksan Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat produksi migas siap jual (Iifting migas) Indonesia sampai kuartal III 2019 mencapai 1,7 juta barel setara minyak (Barel ‎Oil Equivalent Per Day/BOEPD).

Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffe ArizOn Suardin mengatakan rinciannya, lifting minyak sampai kuartal III 2019 mencapai ‎745 ribu barel per hari (bph) dan gas 1,050 juta BOEP.

"Capaian replacement rate ratio (tingkat pengembalian cadangan migas), target tahun ini 100 persen, realisasi 337,87 persen," kata ‎Jaffe, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (24/10/2019).

Menurut Jaffe, dari hasil lifting migas kuartal III 2019 menyumbangkan penerimaan negara ‎sebesar USD 10,99 miliar. Sedangkan realisasi investasi hulu migas mencapai USD 8,4 miliar.

"‎Capaian penerimaan USD 10,99 miliar, semoga bisa lebi tinggi," tuturnya.

Pelaksana tugas harian Deputi Operasi SKK Migas Desta‎ menyebutkan 10 produsen utama minyak dan kondensat di Indonesia yaitu Mobil Cepu Limmited, Chevron Pacific Indonesia, Pertamina EP, Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina HuluEnergi OSES, Petrochina International Jabung, Medco E&P Natuna, Petronas Cari Gali, Pertamina Hulu Kalimantan Timur.

Sedangkan 10 produsen gas ‎terbesar adalah BP Berau Ltd, ConocoPhillips, PT Pertamina EP, Pertamina Hulu Mahakam, Eni Murara Bakau, JOB Pertamina Medco Tomori Sulawesi Ltd, Petrochina International Jabung, Medco E&P Natuna, Premier OilIndonesia, dan Kangean Energi Indonesia.

‎"SKK Migas berupaya terus menjaga dan meningkatkan produksi monitoring harian migas," tandsanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya