Harga Gula Konsumsi Naik 4 Persen, Pemerintah Siapkan Langkah Antisipasi

Pemerintah tengah mencari cara untuk menurunkan harga gula kristal putih atau gula konsumsi

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Feb 2020, 17:41 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2020, 17:41 WIB
gula-pasir
Pekerja tengah menata gula pasir di Gudang Bulog Jakarta, Selasa (14/2). Kesepakatan pembatasan harga eceran gula pasir atau gula kristal putih bakan dilaksanakan bulan depan oleh pemerintah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah mencari cara untuk menurunkan harga gula kristal putih (GKP) atau gula konsumsi. Saat ini kenaikan GKP 4 persen dibandingkan bulan Januari kemarin.

"Untuk GKP memang perlu diantisipasi. Harga kenaikan 4 persen sehingga ada antisipasi diturunkan," kata kata Sekjen Kemendag, Oke Nurwan saat ditemui di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (13/2).

Oke mengatakan pemerintah tengah mencari alternatif untuk menekan kembali harga gula konsumsi. Dalam waktu dekat, dia bilang akan melakukan rapat koordinasi terbatas tingkat kementerian untuk membahas mengenai kenaikan tersebut.

"Apa yang dilakukan? Minggu depan rakortas, gimana keputusan GKP ini untuk harga supaya bisa kembali stabil," kata dia.

Tak menutup kemungkinan, kata Oke pemerintah akan membuka keran impor untuk gula konsumsi untuk mengendalikan harga di dalam negeri. Namun keputusan itu, tergantung pada hasil rapat yang baru akan dilakukan pada pekan depan.

"Antisipasinya tunggu rapat minggu depan," singkat Oke.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tak Dapat Pasokan Gula Rafinasi, Industri Kecil Rugi Ratusan Miliar Rupiah

Gula Pasir
Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Industri kecil dan menengah (IKM) mengeluhkan habisnya pasokan gula rafinasi untuk bahan baku industri. Hal ini membuat ribuan IKM berhenti produksi hingga gulung tikar.

Ketua Asosiasi IKM Agro (Aikma) Suyono mengatakan, pasokan gula rafinasi ke IKM sudah berhenti sejak pertengahan Desember 2019 lalu. Padahal, ada setidaknya 250 ribu IKM yang memggantungkan produksinya dari ketersediaan gula rafinasi.

"Sejak pertengahan desember 2019 sudah tidak ada lagi pasokan gula rafinasi ke IKM melalui koperasi yang resmi. Kebutuhan IKM di Koperasi Koritan saya misalnya sekitar 10 ribu ton per bulan. Kalau dengan koperasi-koperasi lain totalnya 20 ribu ton per bulan, itu untuk 7 koperasi. Ini dengan pelaku IKM lebih dari 250 ribu IKM," ungkap dia di Jakarta, Jumat (31/1/2020).

Menurut dia, akibat tidak adanya stok gula rafinasi, maka IKM terpaksa menghentikan sementara produksinya. Namun tidak berhenti sampai disuti, secara perlahan saat ini IKM-IKM tersebut mulai menutup usahanya lantaran belum juga ada kepastian pasokan gula rafinasi.

"Ini sudah 90 persen IKM tutup. Kami IKM sudah menjerit sejak sebulan lalu. IKM yang berbasis gula rafinasi sudah berhenti produksi," lanjut dia.

Suyono mencontohkan sejumlah IKM yang terpaksa berhenti produksi antara lain IKM dodol Garut, IKM kue semprong bolu di Ciamis dan Tasikmalaya, IKM kuebasah di Bandung, IKM manisan di Sukabumi, IKM bakpia di Yogyakarta dan Semarang serta lain-lain.

"Ada IKM bandrek, bajigur, gula merah. IKM bakpia di Yogyakarta dan Semarang juga berhenti karena biasanya dapat 100 ton per bulan sudah berhenti produksi. Gula batu di Boyolali dan Cirebon sudah berhenti produksi. Pabrik sirup juga di Sulawesi Selatan juga sudah tutup," kata dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya