Bawang Putih Penyumbang Inflasi Februari 2020

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi di bulan Februari sebesar 0,28 persen.

oleh Athika Rahma diperbarui 02 Mar 2020, 12:15 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2020, 12:15 WIB
Harga Bawang Putih Melonjak
Aktivitas pedagang bawang putih di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, Rabu (5/2/2020). Kelangkaan pasokan bawang putih di dalam negeri berimbas tingginya harga komoditas tersebut yang mencapai kisaran Rp 57.500/kilogram. (merdeka.com/magang/ Muhammad Fayyadh)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi di bulan Februari sebesar 0,28 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Risanti menyatakan, angka inflasi didasari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memberi kontribusi paling tinggi, dimana inflasinya sebesar 0,95 persen dengan andil 0,25 persen.

"Untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau, komoditas yang memberi sumbangan terbesar adalah bawang putih sebesar 0,09 persen, dikarenakan harga bawang putih ini naik, ya," ujar Yunita dalam paparannya, Senin (02/03/2020).

Selain itu, komoditas lainnya yang memberikan kontribusi tinggi terhadap inflasi adalah cabe besar sebesar 0,66 persen, daging ayam ras dan jeruk masing-masing 0,02 persen.

Lalu, rokok kretek filter, beras, minyak goreng, rokok putih, cabe rawit, bawang bombay dan kentang memberi kontribusi inflasi 0,01 persen.

"Sementara untuk deflasi, kacang panjang menyumbang -0,01 persen," ujar Yunita.

Selain kelompok makanan, minuman dan tembakau, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga menyumbang angka inflasi sebesar 0,41 persen dan kelompok kesehatan menyumbang 0,34 persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Selanjutnya

Bawang Putih
Harga bawang puth di Solo mencapai Rp60 ribu per kilogram, alhasil Kementerian Pertanian menggelar operasi pasar murah di pasar Gede Solo, Kamis (13/2).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Di kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar, inflasinya 0,09 persen dengan andil 0,02 persen dan disebabkan karena kenaikan kontrak rumah dan bahan bakar rumah tangga, dengan andil 0,01 persen.

"Ada beberapa komoditas di bahan bakar ini seperti minyak tanah, gas LPG 12 kg dan 3 kg, blue gas. Ini bervariasi antar kota, sharenya 0,01 persen," ujar Yunita.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya