PGN Incar Kapal Internasional di Selat Malaka untuk Penjualan LNG

PGN dapat memasok LNG untuk kapal-kapal internasional yang berlayar melintasi Selat Malaka.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 06 Mar 2020, 15:15 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2020, 15:15 WIB
(Foto: Liputan6.com/Abelda Gunawan)
Kilang LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur

Liputan6.com, Jakarta - PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) terus gencar mendorong pemakaian gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) sebagai bahan bakar pengganti BBM. Terbaru, perseroan baru saja menjalin kesepakatan dengan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) terkait implementasi penggunaan LNG untuk 3.000 truk logistik.

Tak hanya truk, Direktur Strategi dan Pengembangan PGN Syahrial Mukhtar menyatakan, pihaknya juga mau memperluas pemakaian LNG sebagai bahan bakar bagi kapal laut.

"Jadi konversi dari fuel BBM diesel ke LNG itu dari kapal memang sebetulnya aturan IMO (International Maritime Organization) itu sudah mengharuskan kapal yang menggunakan sulfur yang lebih rendah. Dalam hal ini LNG jadi salah satu yang bisa dipakai," jelasnya di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (6/3/2020).

Syahrial menargetkan, PGN dapat memasok LNG untuk kapal-kapal internasional yang berlayar melintasi Selat Malaka. Sebagai persiapan, PGN disebutnya bakal membangun bunker khusus LNG di Arun, Lhokseumawe, Aceh.

"Ke depan kita juga sedang siapkan juga fasilitas di Arun untuk LNG bunkering. Yang jadi target kita adalah kapal-kapal yang melintasi Selat Malaka, yang kapal-kapal di jalur internasional," tuturnya.

"Kita akan isi LNG untuk mereka dari LNG yang memang kita punya fasilitas di Arun, Lhokseumawe, Aceh," dia menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dibanding Solar, Bahan Bakar LNG Lebih Murah 30 Persen

PGN
Perkuat infrastruktur gas bumi, PGN bangun Terminal LNG di Jawa Timur. (foto: dok. PGN)

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menjalin kerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) terkait implementasi penggunaan bahan bakar berbasis gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) untuk 3.000 truk logistik.

Langkah tersebut diupayakan guna mendorong LNG sebagai bahan bakar pengganti BBM berjenis solar. Selain lebih ramah lingkungan, gas alam cair pun dapat menghemat pengeluaran hingga 30 persen.

"Harganya 20-30 persen lebih murah daripada BBM," kata Direktur Strategi dan Pengembangan PGN Syahrial Mukhtar di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (6/3/2020).

Secara perhitungan angka, Syahrial menjelaskan, pemakaian LNG lebih murah sekitar Rp 3.000 per liter ketimbang solar.

"Rp 7.000-8.000 per liter, LNG. Kalau solar kan Rp 10-11 ribu. Jadi kalau itu di-compare keekonomiannya itu kan hemat Rp 2.000-3.000," terang dia.

Selain hemat ongkos, ia juga menyebutkan penggunaan LNG lebih irit dalam berbagai hal daripada solar dan bahan bakar minyak lainnya.

"Compare antara BBM dan LNG lah, fuel efficiency. Kemudian juga kemudahan perawatan. Kami belum hitung dampaknya terhadap maintenance cost-nya di truk. Nanti kita akan hitung lagi, nanti ada tambahan efisiensi," tuturnya.

Kilang LNG Blok Masela Bakal Dibangun di Kepulauan Tanimbar

Pertagas, Terminal Receiving & Regasifikasi LNG Arun.
Pertagas, Terminal Receiving & Regasifikasi LNG Arun.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) ‎menyatakan, proyek Lapangan Abadi Masela mengalami kemajuan dengan ditetapkannya pembangunan kilang gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.

Penetapan tersebut ditandai dengan penyerahan Surat Permohonan Penetapan Lokasi dan Surat Rekomendasi Gubernur dari Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto kepada Gubernur Maluku Murad Ismail.‎

Dwi mengatakan, dalam pembangunan proyek kilang LNG Masela wajib memperhatikan tiga hal. Pertama adalah kualitas untuk menjaga kehandalan pengoperasian kilang sebab digunakan dalam waktu yang lama hingga 2055.

Poin berikutnya adalah ketepatan jadwal karena semakin cepat selesai maka hasilnya akan cepat kita nikmati, baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemda dan masyarakat sekitar dan yang terakhir adalah biaya yang efisien.

"Namun demikian untuk melakukan keduanya tetap harus memperhatikan cost atau biaya. Harus menggunakan biaya yang efesien," kata ‎Dwi, di Jakarta, Selasa (5/11/2019).

Menurut Dwi, proyek kilang Blok Masela dapat menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan perekonomian Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Dia pun mengajak semua pihak menjaga bersama proyek strategis nasional ini, agar bermanfaat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kepulauan Tanimbar.

"Serta dijadikan kesempatan untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat Kepulauan Tanimbar agar kelak tidak hanya dapat berpartisipasi sebagai tenaga kerja di proyek ini, tetapi juga dapat menjadi tenaga kerja di berbagai wilayah di Indonesia," ungkapnya.‎

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya