Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan menaikkan tarif ojek online masing-masing tarif batas atas (TBA) sebesar Rp 250 per Kilometer (Km) dan Rp 150 per km untuk tarif batas bawah. Kenaikan tarif ojol itu khusus untuk zona II atau wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi).
Hasilnya, tarif batas bawah yang sebelumnya Rp 2.000/km naik menjadi Rp 2.250/km. Terjadi kenaikan Rp 250/ km. Sementara tarif batas atas naik dari Rp 2.500/km menjadi Rp 2.650/km. Naik Rp 150/km.
Kenaikan tarif ini berakibat pada tarif flat untuk 4 km permana. Semula tarif awal Rp 8.000 hingga Rp 10.000. Kini menjadi Rp 9.000 hingga Rp 10.500.
Advertisement
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPI) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, menilai sebaiknya pemerintah mempertimbangkan kembali kenaikan tarif ojek online ini. Sebab, kenaikan itu terjadi saat penyebaran virus Corona yang makin meluas.
"Ini sesuatu yang harus dipertimbangkan sama pemerintah juga karena dengan adanya virus Corona ini," kata Sarman saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Senin (16/3/2020).
Apalagi, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat ini tengah membatasi dan mengurangi jumlah kendaraan umum massal. Anies juga menganjurkan warga untuk menggunakan kendaraan pribadi dan menghapus kebijakan ganjil genap.
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Alternatif di Tengah Virus Corona
Sebelum ada imbauan ini pun, Sarman mengatakan terjadi peningkatan penggunaan transportasi online selama satu pekan terakhir. Transportasi online jadi alternatif warga untuk menghindari tempat keramaian yang berpotensi terjadinya penyebaran Covid-19.
Salah satunya, terjadi peningkatan pada layanan pesan antar makanan atau berbelanja. Meskipun sejumlah restoran tampak sepi pengunjung, tetapi layanan pesan-antar lewat ojek online mengalami peningkatan.
"Kemarin kita lihat angka kenaikan daripada transportasi online ini cukup tinggi," kata Sarman.
Dia berharap pemerintah bisa menunda kenaikan harga tarif ojek online. Tetapi di sisi lain, cara ini pun sudah tidak bisa dihindarkan. Sebab, kenaikan tarif pun berasal dari para pengemudi transportasi online.
"Tapi itu sesuatu yang harus kita terima karena itu desakan juga dari mereka untuk dinaikkan," katanya.
Meski mengalami kenaikan tarif Rp 1.000 sampai Rp 2.000, Sarman menilai transportasi online tetap akan jadi pilihan masyarakat untuk terhindar dari penyebaran virus Corona. Sebab, saat ini masyarakat mementingkan kesehatan dan keselamatan dirinya.
"Saya rasa demi untuk keselamatan animo masyarakat cukup tinggi, pasti akan tetap dipakai walaupun harganya naik," kata Sarman mengakhiri.
Advertisement