60 Persen Industri Kena Dampak Virus Corona

Sekitar 60 persen industri kecil, menengah dan besar terpukul besar akibat wabah virus corona.

oleh Tira Santia diperbarui 21 Apr 2020, 18:40 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2020, 18:40 WIB
Investasi Teksil Meningkat Saat Ekonomi Lesu
Pekerja memotong pola di pabrik Garmen,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, mengatakan bahwa 60 persen industri kecil, menengah dan besar terpukul besar akibat dampak covid-19, namun 40 persen lainnya alami permintaan yang tinggi.

Oleh karena itu, dirinya akan terus mendorong lebih agar kontribusi untuk manufaktur Produk Domestik Bruto (PDB) industri terhadap perekonomian semakin tinggi, pihaknya akan mengaitkan dengan industri-industri yang akan atau telah mengimplementasikan industri 4.0.

“Nah ini ada lima industri yang kita prioritaskan untuk didorong 4.0, tentunya yang pertama Industri otomotif, untuk informasi bahwa Industri otomotif dalam kondisi saat ini masih melakukan ekspor walaupun permintaan ekspornya berkurang ini wajar saja, kedua industri elektronik, yang ketiga Industri makanan dan minuman, keempat industri petrokimikel, kelima industri tekstil dan produk-produk tekstil,” kata Agus dalam acara Ngopi Digital, Selasa (21/4/2020).

Produk-produk itulah  yang secara statistik telah terbukti memberikan kontribusi terbesar bagi PDB dan juga melakukan penyerapan tenaga kerja secara besar dari sektor industri manufaktur.

Kendati begitu tentu jangan disalahartikan bahwa sektor industri-industri lain tidak mendapatkan perhatian.

“Kita lihat ada industri kategori demand yang tinggi dan suffer (menderita). Nah ini Pemerintah tidak boleh hanya melakukan pendampingan atau perhatian pada yang suffer saja, karena  kita juga harus bisa memastikan industri dengan demand yang tinggi ini bisa meet the demand, demand kebutuhan yang ada di pasar itu bisa sepenuhnya disuplai  oleh industri dalam negeri,” ujarnya.

Tantangan Sektor Industri

20161130- BMW Seri 7 Dirakit di Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
BMW Group Indonesia merakit all new BMW 730Li di Indonesia, tepatnya di pabrik Gaya Motor, Sunter, Jakarta, Rabu (30/11). Pabrik ini mampu merakit 6 unit BMW Seri 7 per hari. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Maka dari itu, Menteri Agus melihat sebuah tantangan untuk sektor industri agar lebih meningkatkan manajemen industri ditengah pandemi virus corona ini.

Meskipun ada industri-industri yang menderita dibalik wabah ini, tapi ada industri lain yang mengalami permintaan yang tinggi, yakni alat kesehatan berupa Alat Pelindung Diri (APD), masker, sarung tangan medis, farmasi dan fitofarmaka, tentunya industri makanan dan minuman.

“Sesungguhnya demand yang tinggi ini bisa kita lihat adalah kebanyakan berkaitan dengan Industri alat keselamatan dan industri farmasi, makanan dan minuman. Ini adalah momentum  yang tepat untuk kebangkitan kita baik dari industri alat kesehatan, makanan dan minuman, obat dan vitamin,” ujarnya.

Sementara untuk industri yang menderita, seperti industri logam, regulator, peralatan listrik, kabel, semen, keramik, kaca,  elektronik dan peralatan telekomunikasi, otomotif, karet, mesin, alat berat, pesawat terbang, kereta api, kapal, tekstil, serta meubel dan kerajinan. Menurutnya penanganannya juga berbeda, yang paling penting mereka tidak semakin terpuruk.   

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya