Harga Gula Tembus Rp 20 Ribu per Kg, Apa yang Sudah Dilakukan Mentan?

Harga gula pasir putih di pasaran selama beberapa pekan terakhir terpantau mengalami lonjakan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 25 Apr 2020, 20:30 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2020, 20:30 WIB
Gula Pasir
Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga gula pasir putih di pasaran selama beberapa pekan terakhir terpantau mengalami lonjakan, tepatnya jelang memasuki bulan Ramadhan. Tercatat, rata-rata harga gula pasir putih yakni di kisaran Rp 18.500-Rp 20.000.

Terkait situasi tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) segera melakukan berbagai upaya taktis guna menstabilkan harga gula pasir putih sekaligus menjamin ketersediaannya di pasaran.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo sejak awal April telah meminta agar pabrikan gula rafinasi juga ikut memproduksi gula pasir putih yang bisa dikonsumsi masyarakat.

Kemudian, sebanyak 250 ribu ton gula pasir putih juga telah digelontorkan Kementan ke pasaran. Ditambah juga sinergi Kementan bersama instansi pemerintah lainnya menggelar Operasi Pasar (OP).

Kinerja Kementan itu pun mendapat tanggapan dari mantan Mentan Bungaran Saragih. Menurut Bungaran, meskipun secara khusus tugas kerja Kementan tidak bertanggungjawab penuh terhadap urusan stabilitas harga, namun hal itu tidak dijadikan batasan.

"Soal harga gula, sebetulnya tidak jadi kewenangan Kementan juga. Tapi ini kan menyangkut kehidupan dan kesejahteraan masyarakat, kiranya Kementan juga telah tepat," ujar Bungaran, Sabtu (25/4/2020).

 

Menjaga Pasokan Pangan

Gula Pasir
Ilustrasi Foto Gula Pasir (iStockphoto)

Bungaran menjelaskan, posisi kinerja Kementan lebih utama pada menjaga ketersediaan pangan ke masyarakat. Caranya dengan memastikan pasokan dan produksi komoditas pangan lancar.

"Tapi Kementan tidak tinggal diam nyatanya. Peran Kementan ikut dalam menjaga stabilitas harga gula pasir dan stoknya harus diapresiasi. Menunjukkan bahwa terkait kebutuhan pangan masyarakat Kementan tetap tanggung jawab," kata Guru Besar Ekonomi Pertanian IPB tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya