Harga Emas Terus Turun Usai Beberapa Negara Longgarkan Lockdown

Harga emas melemah kembali pada hari Jumat dari level tertinggi dalam hampir dua minggu.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Mei 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2020, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melemah kembali pada hari Jumat dari level tertinggi dalam hampir dua minggu. Ini lantaran investor mulai tumbuh harapan tentang ekonomi dibuka kembali setelah lockdown COVID-19. Ditambah gelombang stimulus bank sentral terus membuat emas di jalurnya untuk kenaikan mingguan.

Dikutip dari laman CNBC, Sabtu (9/5/2020), harga emas di pasar spot turun 0,5 persen menjadi USD 1,709.30 per ounce setelah mencapai USD 1.722,56, tertinggi sejak 27 April. Harga emas naik 0,6 persen untuk minggu ini. Emas berjangka AS turun 0,6 persen pada USD 1,715.10.

Juga membatasi daya tarik emas, data di Amerika Serikat menunjukkan angka pengangguran pada bulan April mencapai 20,5 juta, kurang dari yang diharapkan 22 juta. Tingkat pengangguran 14,7 persen, lebih rendah dari perkiraan pasar 16 persen.

Namun, secara keseluruhan ekonomi AS mengalami penurunan bulanan paling tajam dalam daftar gaji sejak Depresi Hebat. Tanda paling mencolok tentang bagaimana pandemi COVID-19 baru ini menghancurkan ekonomi terbesar di dunia.

"Meskipun jumlah pekerjaan jelas dramatis di belakang itu kita melihat sedikit optimisme dengan ekonomi dibuka kembali secara perlahan di AS," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

 

Tren Harga Emas Masih Naik

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Data nonfarm payrolls April mengangkat pasar saham AS menambah optimisme dari berkurangnya ketegangan antara Washington dan Beijing.

Indeks Wall Street berada di jalur untuk kenaikan mingguan pertama mereka dalam tiga minggu terakhir. Hal ini karena investor menyematkan harapan mereka pada rantai pasokan yang kembali ke jalurnya dan kebangkitan kembali belanja konsumen setelah beberapa negara bagian AS membuka kembali ekonomi.

"Namun pendorong utama untuk kekuatan emas mengenai suku bunga nol, pengeluaran besar-besaran dan keprihatinan mendalam tentang gelombang kedua infeksi. Sentimen ini tetap kuat sehingga prospek emas tetap kuat dalam jangka menengah," kata Tai Wong, kepala pangkalan dan berharga perdagangan derivatif logam di BMO.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya