Sri Mulyani Jabarkan Penyebab Ekonomi Indonesia Hanya Tumbuh 2,7 Persen

Dampak dari penyebaran Covid-19 juga memukul sektor dunia usaha. Di mana sektor manufaktur, perdagangan, dan juga transportasi terkoreski mendalam.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Mei 2020, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2020, 15:00 WIB
DPR dan Menteri Keuangan Bahas RUU Prioritas 2020
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat rapat konsultasi dengan DPR di Ruang Pansus B, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (16/12). Rapat membahas program Omnibus Law dan RUU Prolegnas Prioritas tahun 2020 terkait keuangan dan perkembangan makro fiskal dan keuangan negara. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui virus Corona memberikan pukulan besar bagi sektor konsumsi dan juga produksi. Hal ini tercermin jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2020 yang memperlihatkan bahwa kedua sektor tersebut terkoreksi sangat tajam.

Sri Mulyani mengungkapkan, dari sisi permintaan konsumsi termasuk lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) pertumbuhanya hanya berada di 2,7 persen pada kuartal I 2020. Angka ini lebih rendah dibandingkan posisi sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,3 persen.

Padahal sektor konsumsi kontribusi atau pangsa pasar terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 59,4 persen.

Kemudian investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada Kuartal I 2020 hanya tumbuh 1,7 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal I di 2019 investasi yang mencapai 5,0 persen.

"Maka dua-duanya kemudian akan menekan pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan," kata Sri Mulyani dalam video conference di Jakarta, Senin (18/5/2020).

Tak hanya itu, posisi ekspor impor Indonesia juga terkoreksi mendalam pada posisi kuartal I 2020. Di mana ekspor hanya tumbuh sebesar 0,2 persen. Sedangkan impor tercatat minus 2,2 persen.

"Untuk ekspor impor memang sejak tahun lalu pertumbuhan perdagangan kita internasional adalah paling lemah sehingga memang kondisi saat ini relatif sudah ada di dalam posisi rendah dari sisi supply," kata dia.

Kemudian, dampak dari penyebaran Covid-19 juga memukul sektor dunia usaha. Di mana sektor manufaktur, perdagangan, dan juga transportasi terkoreski mendalam. Ketiga sektor itu masing-masing hanya tercatat tumbuh 2,1 persen, 1,6 persen, dan 1,3 persen di kuartal I-2020.

"Covid-19 telah memberikan ancaman baik dari sisi permintaan dan dari sisi produksi yang kemudian berpengaruh terhadap keseluruhan outlook pertumbuhan ekonomi kita tahun ini dan juga mempengaruhi kemiskinan dan pengangguran kita," tandas Sri Mulyani.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal I 2020 Hanya 2,9 Persen

Prediksi BI Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 hanya 2,97 persen. Pandemi virus corona (Covid-19) jadi penyebab utama pertumbuhan ekonomi negara terkontraksi besar.

Angka tersebut juga jauh di bawah prediksi pemerintah sebelumnya, yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama masih berada pada kisaran 4 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, pencapaian tersebut juga mengalami kontraksi baik secara year on year yang sebelumnya sebesar 5,07 persen (kuartal I 2019) dan quartal to quartal (q to q) yang sebelumnya 4,97 persen (kuartal IV 2019).

"Dibanding kuartal IV 2019, pertumbuhan ekonomi indonesia mengalami kontraksi 2,41 persen. Jadi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2020 2,97 persen," jelasnya saat video conference, Selasa (5/5/2020).

"Pergerakan ekonomi q to q juga mengalami perlambatan yang cukup dalam. Kuartal I 2019 masih 5,07 persen. Maka di kuartal I 2020 pertumbuhannya 2,97 persen," dia menambahkan.

Mengacu catatan tersebut, Suhariyanto coba mewajar sebab perekonomian global sejak akhir 2019 lalu memang telah terganggu akibat wabah pandemi Corona.

Begitu juga dengan pergerakan ekonomi nasional, dimana harga komoditas seperti migas dan hasil tambang juga mengalami penurunan.

"Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator pertumbuhan ekonomi Indonesia terpengaruh Corona Covid-19," ujar Suhariyanto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya